Kapulaga merupakan rempah yang berasal dari keluarga Zingiberaceae, yang juga terkait dengan jahe dan kunyit. Rempah ini mengandung berbagai fitokimia seperti fenol, flavonoid, terpenoid, sterol, tanin, dan alkaloid. Menurut penelitian terbaru oleh Cárdenas Garza et al. (2021), senyawa dominan dalam ekstrak kapulaga adalah α-terpinyl acetate, dengan persentase sekitar 54,46%. Senyawa-senyawa seperti linalool, 9-hexacosene, dan α-terpineol juga terdapat dalam kapulaga, yang memiliki aktivitas antiinflamasi, antioksidan, dan antimikroba.
Senyawa-senyawa tersebut bekerja dengan cara menekan ekspresi sitokin proinflamasi seperti IL-6 dan TNF-α, yang sering meningkat dalam kondisi infeksi atau peradangan kronis. Dengan mengurangi peradangan tersebut, kapulaga dapat membantu mengurangi risiko penyakit degeneratif seperti artritis, diabetes, dan kanker.
Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari kapulaga, penggunaan rempah ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Beberapa cara penggunaan kapulaga adalah sebagai teh herbal, tambahan dalam masakan, minyak esensial, atau suplemen herbal. Pemilihan cara penggunaan tergantung pada kebutuhan dan preferensi individu.
Meskipun kapulaga dianggap aman oleh World Health Organization (WHO) dan banyak orang dalam dosis yang wajar, disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan terlebih dahulu, terutama bagi individu dengan kondisi medis tertentu atau sedang menjalani terapi obat.
Beberapa pertanyaan umum seputar kapulaga adalah mengenai keamanan konsumsi sehari-hari, perbedaan antara kapulaga hijau dan putih, kemungkinan penggunaan kapulaga untuk diet, serta efek samping dari penggunaan minyak esensial kapulaga. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan manfaat kapulaga bagi kesehatan, hasilnya dapat bervariasi antar individu. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan kapulaga dengan bijak dan sesuai dengan anjuran.
