Manusia cenderung dipengaruhi oleh berbagai stimulus dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, hingga perabaan. Stimulus ini membentuk pola perilaku yang kemudian dianalisis oleh pasar untuk memahami bagaimana manusia memproses informasi, mulai dari penyimpanan di otak hingga tahap pengambilan keputusan.
Perubahan perilaku konsumen terjadi seiring dengan perkembangan zaman, terutama didorong oleh kemajuan teknologi dan peristiwa besar seperti pandemi. Kepraktisan menjadi senjata utama di era serba cepat, di mana sektor kuliner, fashion, transportasi, dan teknologi saling berlomba menawarkan kemudahan untuk mendukung gaya hidup yang semakin dinamis.
Salah satu fenomena menarik saat ini adalah pergeseran pola pencarian informasi dari mesin pencari ke platform video pendek seperti TikTok. Konsumen kini lebih suka mencari referensi melalui video pendek yang disajikan secara visual menarik dan langsung pada intinya daripada mengetik kata kunci di mesin pencari.
Generasi Z menjadi sorotan utama dalam pergeseran ini, dengan survei menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka lebih memilih TikTok sebagai mesin pencari. Namun, tren ini juga mulai menarik perhatian generasi lain seperti milenial. Video pendek telah menjadi primadona dalam pemasaran digital, dengan kekuatan untuk menarik perhatian dan memengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Brand dan pemasar harus adaptif terhadap perubahan tren digital ini agar tetap relevan dan dapat menjangkau audiens dari berbagai kelompok usia. TikTok menjadi medium yang efektif untuk membangun keterlibatan emosional dengan konsumen, sehingga brand harus mampu merancang konten yang sesuai dengan identitas dan positioning mereka. Kuncinya bukan hanya mengikuti tren, tetapi hadir dengan relevansi dan makna di mana audiens berada.