Perceraian merupakan keputusan yang tidak diambil dengan ringan oleh pasangan. Ada beberapa alasan utama yang dapat menjadi pemicu perceraian.
Perselingkuhan seringkali menjadi penyebab utama perceraian. Tidak hanya perselingkuhan fisik, namun juga perselingkuhan emosional melalui media sosial atau hubungan dengan mantan bisa merusak keharmonisan pernikahan. Pengkhianatan ini seringkali menjadi tanda bahwa hubungan sudah tidak sehat.
Masalah keuangan juga sering kali menjadi pemicu pertengkaran antara pasangan. Perbedaan gaya hidup, kebiasaan menabung, atau kesenjangan penghasilan dapat menimbulkan konflik di dalam rumah tangga. Sebagai contoh, perbedaan penghasilan antara suami dan istri dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dalam hubungan.
Kecanduan juga dapat merusak pernikahan, baik kecanduan alkohol, narkoba, seks, maupun pekerjaan. Ketika kecanduan menjadi prioritas utama seseorang, pasangan bisa merasa diabaikan. Namun, dengan kesadaran dan usaha untuk memperbaiki diri, hubungan masih bisa dipulihkan melalui terapi dan kepercayaan.
Situasi luar biasa seperti diagnosis penyakit serius atau kehilangan anak dapat mengguncang pernikahan. Tekanan emosional yang besar bisa membuat hubungan menjadi rapuh, namun pasangan yang saling memahami biasanya bisa bertahan bersama.
Ketidakcocokan dalam prinsip hidup seperti agama, nilai, atau tempat tinggal seringkali menjadi sumber konflik dalam pernikahan. Jika hal-hal besar ini tidak sejalan, konflik sulit dihindari. Namun, melalui konseling, pasangan dapat membuka komunikasi dan memahami akar masalah dengan empati.
Terlalu banyak perbedaan dan masalah yang tak bisa didamaikan kadang membuat pasangan sulit untuk menemukan titik temu. Jika kondisi ini dibiarkan, pernikahan bisa berakhir dengan pertengkaran dan kemarahan. Namun, bagi pasangan yang masih memiliki harapan, konseling individu atau pasangan dapat menjadi langkah awal untuk memperbaiki hubungan.
