Penyakit yang ditularkan oleh vektor atau vector-borne diseases merupakan ancaman serius yang berpotensi menjadi pandemi global berikutnya, demikian disampaikan oleh Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Triwibowo Ambar Garjito. Menurutnya, penyakit ini tidak hanya menyumbang 17 persen dari seluruh kasus penyakit menular, tetapi juga menyebabkan lebih dari 700.000 kematian setiap tahun.
Sejumlah arbovirus seperti dengue, chikungunya, zika, dan yellow fever telah menjadi perhatian global, dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menerbitkan Global Arbovirus Initiative yang menunjukkan potensi besar munculnya pandemi global akibat penyakit tersebut. Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus diidentifikasi sebagai vektor utama penyakit ini, dengan penyebarannya yang luas sebagai ancaman serius.
Faktor-faktor seperti urbanisasi tak terencana, mobilitas manusia yang tinggi, dan perubahan iklim menjadi pemicu utama penyebaran vektor penyakit, terutama di daerah tropis dan subtropis. Resistensi vektor terhadap insektisida serta patogen terhadap obat juga menyulitkan upaya pengendalian. Oleh karena itu, Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, NLP Indi Dharmayanti, menegaskan bahwa riset terus menerus sangat penting untuk memahami dan mengendalikan perkembangan penyakit tular vektor ini.
Penyebaran nyamuk berbakteri Wolbachia diidentifikasi sebagai salah satu cara untuk menurunkan kasus demam berdarah dengue (DBD). Kabar baiknya, tidak hanya menurunkan kasus DBD, nyamuk Wolbachia juga dapat mengurangi penyakit lain yang terkait. Perlu dilakukan pengembangan infrastruktur kesehatan yang kuat serta penelitian yang berkelanjutan untuk mengatasi ancaman penyakit tular vektor ini.