Tingginya angka kematian jemaah haji Indonesia pada musim haji tahun ini mendapat perhatian serius dari pemerintah. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menciptakan strategi layanan kesehatan terpadu menjelang puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) untuk melindungi jemaah dari risiko kesehatan selama prosesi ibadah tersebut. Direktur Jenderal Sumber Daya Manusia Kesehatan Kemenkes, Yuli Farianti, menjelaskan bahwa sinergi antara Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Bidang Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK) menjadi langkah utama yang diambil.
Data kematian jemaah asal Indonesia sepekan sebelum puncak ibadah haji menunjukkan angka 108, melebihi jumlah pada periode yang sama tahun sebelumnya. Prof Dr dr Taruna Ikrar, Kepala BPOM dan anggota Tim Amirul Hajj, menyatakan bahwa kondisi ini memicu alarm bagi pemerintah untuk memperkuat sistem layanan kesehatan jemaah di Tanah Suci. Optimalisasi potensi Indonesia dianggap penting untuk menjamin keselamatan jemaah haji selama menjalankan ibadah. Tidak adanya cukup dokter untuk menangani 2 juta jemaah haji membuat langkah pemerintah membawa petugas kesehatan ke Tanah Suci untuk mendampingi para jemaah menjadi tepat.