Sejarah Padi di Jawa: Dari Borobudur hingga Prasasti Kuno
Sejak zaman dahulu, padi telah menjadi bagian penting dari ketahanan pangan di Jawa. Relief di Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 menunjukkan praktik budidaya padi. Namun, beberapa ahli meyakini bahwa tanaman padi sudah ada sejak masa prasejarah. Selain padi, tanaman juwawut juga disebutkan dalam Serat Centini (abad ke-16), serta tertulis dalam Prasasti Taji (901 M) dan Prasasti Gopakapundya (907 M).
Masyarakat Badui dan Sakralitas Padi
Di komunitas Badui, padi bukan hanya sumber makanan tetapi juga memiliki makna sakral. Mereka melarang penjualan padi sebagai bentuk perlindungan terhadap ketahanan pangan komunitas. Dengan tidak adanya transaksi jual beli padi, harga tetap stabil dan tidak ada monopoli oleh pihak tertentu. Bagi masyarakat Badui, padi adalah sumber kehidupan yang harus dijaga, bukan diperjualbelikan.
Jenis padi yang dikembangkan di sana adalah padi huma, yang tidak membutuhkan irigasi. Hasil panennya memiliki kadar air rendah, sehingga lebih tahan lama dalam penyimpanan. Teknologi penyimpanan padi masyarakat Badui bahkan dapat mempertahankan kualitas padi hingga lebih dari 100 tahun.
Proses Pengolahan Padi Tradisional Badui
Penyosohan Padi dengan Lesung Kayu
Alih-alih menggunakan mesin modern, masyarakat Badui tetap setia dengan lesung kayu untuk menyosoh padi. Teknik tradisional ini mempertahankan kulit ari beras, yang mengandung banyak nutrisi, terutama vitamin B. Sebaliknya, teknik penyosohan modern menghilangkan kulit ari, menghasilkan beras putih yang lebih disukai masyarakat perkotaan, meskipun kandungan gizinya lebih rendah.
Menariknya, pengolahan padi tradisional ini juga menciptakan ritme unik saat alu bertemu dengan lesung. Suara tersebut menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat Badui, bahkan dianggap memiliki nilai estetika tersendiri.
Manfaat Nasi dari Padi Huma
Mereka yang pernah menikmati nasi dari beras hasil lesung kayu akan merasakan perbedaan signifikan. Selain lebih pulen dan memiliki aroma khas, nasi ini juga memberikan rasa kenyang lebih lama karena mengandung lebih banyak serat dan nutrisi alami. Kandungan vitamin B yang lebih tinggi dibandingkan beras hasil penyosohan modern menjadikan nasi ini lebih sehat dan bergizi.
Menjaga Warisan Kearifan Lokal Badui
Keunikan dalam budidaya, penyimpanan, dan pengolahan padi di komunitas Badui menunjukkan bagaimana mereka mempertahankan ketahanan pangan tanpa bergantung pada mekanisme pasar. Kearifan lokal ini menjadi contoh bagaimana pertanian berkelanjutan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat tanpa merusak keseimbangan ekologi.
Untuk informasi lebih lanjut tentang kearifan lokal dan budaya tradisional di Indonesia, kunjungi Paseban.id.
Baca juga berita terkini seputar ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan di Indoberita.co.