Beberapa studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Human Behavior telah menunjukkan bahwa individu lajang di seluruh dunia memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mental jika dibandingkan dengan individu yang sudah menikah. Menurut penelitian ini, orang yang belum menikah memiliki risiko 79% lebih tinggi untuk mengalami depresi daripada mereka yang sudah menikah. Hal yang juga mengejutkan adalah bahwa para janda memiliki risiko 64% untuk mengalami penyakit kronis tersebut, sedangkan individu yang bercerai memiliki kemungkinan 99% lebih tinggi untuk mengalami depresi jika dibandingkan dengan pasangan yang menikah dengan bahagia. Meskipun pada periode pandemik COVID-19 terjadi penurunan hubungan hukum, jumlah pernikahan di AS justru meningkat. Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menunjukkan bahwa angka pernikahan telah melonjak dari 5,1 per 1.000 orang pada tahun 2020 menjadi 6,2 pada tahun 2022, merupakan angka tertinggi yang tercatat sejak tahun 2018.