Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu menegaskan bahwa tidak ada korelasi antara penyebaran nyamuk ber-wolbachia dengan tingkat keganasan nyamuk Aedes aegypti yang merupakan penyebab demam berdarah dengue. Menurut Maxi, karakteristik nyamuk Aedes aegypti tetap sama baik di daerah yang telah disebarkan maupun yang belum disebarkan nyamuk ber-wolbachia. Gejala yang ditimbulkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti seperti demam tinggi, nyeri otot, mual, muntah, sakit kepala, mimisan, dan gusi berdarah pun tetap sama.
Penyebaran nyamuk ber-wolbachia telah dilakukan di 5 kota yaitu Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat. Penetapan wilayah-wilayah tersebut telah mempertimbangkan kesiapan stakeholder dan masyarakat setempat. Penyebaran nyamuk ber-wolbachia dimulai di Kota Semarang, kemudian dilanjutkan di Kota Bontang dan Kota Kupang. Meskipun demikian, pelaksanaannya belum menyeluruh di seluruh wilayah yang ditargetkan. Di Kota Semarang, penyebaran nyamuk ber-wolbachia dilakukan di 4 kecamatan, sedangkan di Kota Bontang dilakukan di 3 kecamatan dan di Kota Kupang dilakukan di 1 kecamatan.
