Liputan6.com, Jakarta – Dokter Spesialis Urologi Siloam Hospitals ASRI, Prof. Dr. dr. Nur Rasyid, SpU-K menyatakan bahwa sebagian besar obat pereda nyeri (painkiller) bisa berpotensi untuk merusak ginjal.
“Semua painkiller, hati-hati, bisa merusak ginjal. Bahasa gampangnya begitu,” kata Nur dalam diskusi media ‘Mengatasi Kasus Batu Ginjal yang Sulit dengan Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS)’ di Jakarta pada Rabu, 5 juni 2024.
Hal ini disebabkan banyak painkiller dikeluarkan melalui ginjal, sehingga memperberat kerja organ tersebut.
Namun, Nur menambahkan bahwa ada jenis painkiller yang lebih aman untuk ginjal karena metabolisme tidak dilakukan di ginjal. “Ada painkiller yang dimetabolisme melalui hati atau usus, yang itu lebih aman untuk ginjal,” ujarnya.
Lebih lanjut Nur menekankan bahwa keamanan penggunaan obat pereda nyeri untuk ginjal lebih ditentukan oleh jenisnya, bukan batasan konsumsinya.
“Jadi, bukan batasan mengonsumsinya, tetapi jenisnya. Paling gampang itu paracetamol, karena gampang ditemukan di mana-mana dan paracetamol aman, karena dimetabolisme di hati,” kata Nur.
Sedangkan untuk obat seperti ibuprofen, Nur menjelaskan bahwa metabolisme obat ini dilakukan melalui ginjal, sehingga sebaiknya tidak dikonsumsi.
“Apalagi jika seseorang tidak tahu apakah dia memiliki masalah pada ginjalnya atau tidak, lebih baik jangan dikonsumsi,” tambahnya.