Dr Indaru Setyo Nurprojo, seorang akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), memperkirakan bahwa Pilkada Purbalingga 2024 akan menjadi ajang pemilihan yang menarik dengan munculnya persaingan antara seorang paman dan keponakan yang memiliki potensi menjadi rival.
Menurut Indaru, sebagai warga negara Indonesia, setiap orang berhak untuk menjadi bakal calon bupati atau wakil bupati. Hal ini berlaku juga di Kabupaten Purbalingga, di mana terdapat potensi persaingan antara seorang keponakan dan pamannya dalam Pilkada 2024.
Keponakan yang dimaksud adalah Dyah Hayuning Pratiwi, yang juga dikenal sebagai Tiwi. Dia merupakan bakal calon bupati petahana, sedangkan pamannya, R Ruli Adi, juga mencalonkan diri sebagai bakal calon bupati.
Tiwi, keponakan Ruli Adi, telah terjun ke dunia politik sejak tahun 2015 dan menjabat sebagai Wakil Bupati Purbalingga sebelum akhirnya menjadi Bupati Purbalingga pada tahun 2019. Di sisi lain, Ruli Adi memiliki pengalaman bekerja di sejumlah BUMN dan saat ini mencalonkan diri sebagai bakal calon bupati melalui PKB dan Partai Gerindra.
Indaru menekankan bahwa masyarakat harus menilai kapasitas dan kapabilitas dari para calon tersebut sebelum menentukan pilihan. Rekam jejak dan prestasi masing-masing calon juga harus menjadi pertimbangan utama dalam memilih pemimpin yang sesuai dengan kebutuhan Kabupaten Purbalingga.
Meskipun terdapat hubungan keluarga antara Tiwi dan Ruli Adi, yaitu sebagai keponakan dan paman, Indaru menegaskan bahwa yang terpenting adalah kapasitas dan kapabilitas dalam memimpin. Masyarakat diharapkan untuk menilai secara objektif sebelum memilih calon yang akan memimpin Purbalingga ke depan.