Ade mengatakan bahwa ARP tidak bisa mengekspresikan kesedihannya karena ia adalah seorang anak yang pendiam. Ade menilai bahwa ARP mungkin tidak bisa mengekspresikan kesedihannya karena ia adalah seorang anak yang pendiam, dan ketika ARP pulang ke rumah, handphone-nya sudah tidak ada karena telah dijual. Meskipun ARP tetap mencintai orangtuanya, hatinya mungkin sulit menerima situasinya.
Ade juga mencari informasi tentang status ARP dan menemukan bahwa ARP memiliki kartu Indonesia pintar, menerima Program Indonesia Pintar (PIP) dari Kementerian Sosial, dan mendapat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan dari swadaya lainnya.
Menurut Ade, penanganan ARP sebenarnya sudah cukup baik, namun ARP membutuhkan terapi yang berkelanjutan dan konsisten agar dapat pulih sepenuhnya. Ade percaya bahwa dengan terapi yang tepat, ARP masih memiliki peluang untuk pulih sepenuhnya.
Ade juga telah berkoordinasi dengan pihak sekolah agar ARP tetap dapat bersekolah, mengingat ARP memiliki situasi yang khusus dan perlu perhatian khusus dalam pendidikannya.
