Sebanyak 18 mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) Polri mengikuti kursus singkat di Universitas Kepolisian Korea Selatan (KNPU), termasuk mempelajari teknologi drone untuk mengantisipasi serangan teroris.
Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Polri Komisaris Jenderal Polisi Purwadi Arianto menyatakan bahwa teknologi drone digunakan sebagai sarana untuk melakukan aksi terorisme, oleh karena itu kursus ini memberikan pembelajaran tentang drone sebagai upaya antisipasi terorisme.
Ke-18 mahasiswa STIK Polri yang merupakan mahasiswa angkatan 81 Widya Wira Satya mengikuti kursus singkat di KNPU selama empat hari. Mereka dipilih berdasarkan peringkat dan integritas terbaik dari STIK Lemdiklat Polri.
Latar belakang dilaksanakan kursus singkat tersebut adalah tuntutan akan peningkatan kolaborasi antarnegara dalam memerangi kejahatan lintas batas, mengingat dinamika keamanan global yang terus berubah.
Program ini bertujuan memberikan bekal yang bersifat global kepada calon-calon pimpinan Polri, sehingga mereka dapat menghadapi berbagai tantangan tugas ke depan. Selain teknologi drone, mahasiswa juga mempelajari forensik dan teknik pemeriksaan menggunakan kecerdasan buatan untuk mendukung tugas kepolisian.
Kuliah internasional di KNPU memiliki korelasi dengan tugas kepolisian dalam membangun kerja sama internasional untuk menangani kejahatan transnasional dan mengantisipasi perkembangan lingkungan strategis.
Ketua STIK Irjen Polisi Nico Afinta berharap program kursus singkat di Korea Selatan dapat memberikan kontribusi positif dalam menciptakan sumber daya manusia Polri yang presisi. Program ini juga merupakan bagian dari upaya belajar dari program Sarjana Ilmu Kepolisian untuk melengkapi pengetahuan dan informasi selama perkuliahan untuk implementasi keilmuan setelah lulus pendidikan.
