Keluarga korban yang meninggal dunia akibat senioritas di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda Jakarta mengungkapkan bahwa hingga saat ini mereka belum pernah dihubungi oleh keluarga pelaku.
“Belum, sampai sekarang saya wajahnya saja belum tau, keluarganya, ibunya, ayahnya, atau mungkin keluarga besarnya, sama sekali tidak ada permintaan maaf ke keluarga kami,” kata Nengah Rusmini, ibunda korban Putu Satria Ananta Rustika di Kabupaten Klungkung, Bali, Kamis.
Putu Satria adalah mahasiswa sekolah kedinasan Kementerian Perhubungan yang meninggal dunia karena kekerasan senioritas pada Jumat (3/5) lalu. Polres Metro Jakarta Utara telah menetapkan empat orang tersangka atas kasus ini.
Meskipun hampir sepekan setelah kejadian tersebut, keluarga pelaku belum menghubungi keluarga korban. Upacara pengabenan jenazah Putu Satria dijadwalkan berlangsung besok, Jumat (10/5) di Desa Gunaksa.
“Sangat kecewa, keluarga pelaku tidak ada itikad baik sama sekali,” ujar Rusmini setelah menerima kunjungan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di rumah duka.
Keluarga korban merasa heran dengan kejadian tersebut, mengingat Putu Satria adalah siswa yang semangat dan menjadi panutan adik-adiknya. Adik perempuannya bah even sedang bersiap untuk mengikuti jejak kakaknya, namun mereka tidak mengerti mengapa hal tersebut terjadi.
Rusmini mengekspresikan kekecewaannya terhadap keluarga pelaku yang belum menunjukkan tanda-tanda kebaikan. Dia merasa bahwa anaknya tidak pantas diperlakukan dengan kekerasan.
Selama ini, Rusmini tidak pernah menyangka ada cerita di balik pendidikan Putu Satria di STIP Marunda. Setiap kali dihubungi, Putu Satria selalu mengaku baik-baik saja. Bahkan saat pulang ke Bali, anaknya tidak menunjukkan tanda-tanda kekerasan.
Polres Metro Jakarta Utara telah menetapkan TRS sebagai pelaku utama, dan tiga orang lainnya sebagai pelaku tambahan dalam kasus kematian Putu Satria di toilet.