Baru-baru ini, isu seputar dampak negatif dari game bertema battle royale atau kekerasan tengah menjadi perbincangan di tengah masyarakat. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bahkan menyatakan bahwa game semacam itu berpotensi untuk diblokir jika dianggap perlu.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, juga memberikan tanggapannya terkait hal ini. Menurutnya, anak-anak seharusnya tidak terpapar dengan konten yang dapat memengaruhi sikap dan moral mereka.
Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan adanya 327 pengaduan terkait kekerasan anak selama Januari hingga Maret 2024, dengan 383 kasus yang dilaporkan. Anggota Komisioner KPAI, Kawiyan, menegaskan bahwa kekerasan akibat game online menjadi salah satu faktor penyebab kekerasan pada anak, meskipun tidak masuk dalam 10 kasus terbanyak.
Kawiyan juga menyoroti dampak konten kekerasan dalam game online terhadap perilaku anak. Jika anak terus-menerus terpapar dengan konten kekerasan dalam game, mereka cenderung akan terpengaruh dan merespons kekerasan secara serupa. Oleh karena itu, regulasi terkait perlindungan anak dari game online tengah dirumuskan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) untuk merespons isu tersebut.