Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Kezia Woran, Rina M Kundre dan Ferlan A Pondaag dari Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, ditemukan bahwa penggunaan media sosial oleh remaja cenderung intens pada malam hari. Hal ini dapat mengakibatkan pergeseran waktu tidur yang ideal seharusnya 8-10 jam hanya menjadi 4-5 jam per hari. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa 72,5% remaja dengan penggunaan media sosial yang tinggi mengalami kualitas tidur yang buruk.
Cahaya biru yang dipancarkan oleh layar gadget dapat menghambat produksi hormon melatonin, membuat otak sulit untuk merasa ngantuk. Gangguan tidur ini tidak hanya berdampak pada rasa kantuk di pagi hari, tetapi juga dapat memengaruhi sistem imun tubuh dan meningkatkan risiko gangguan metabolisme serta tekanan darah tinggi. Remaja yang terbiasa begadang untuk menonton video, bermain gim, atau sekadar scrolling cenderung mengalami kesulitan dalam kembali ke pola tidur yang normal, yang pada akhirnya dapat memicu insomnia dan memperburuk kesehatan mental dan fisik.
Studi tersebut juga menyoroti bahwa penggunaan media sosial dapat menggantikan waktu tidur, meningkatkan gairah emosional, kognitif, dan fisiologis, serta menunda ritme sirkadian tubuh. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk memahami dampak buruk dari penggunaan media sosial yang berlebihan, terutama pada remaja.