Gangguan tidur pada masa perimenopause seringkali disebabkan oleh keringat malam yang diakibatkan oleh fluktuasi hormon dalam tubuh, terutama penurunan kadar hormon estrogen. Menurut Dr. Stephanie Faubion, terapi hormon dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasi hot flashes yang menyertai perimenopause. Terapi ini dapat dilakukan melalui pemberian hormon estrogen dan progesteron dalam bentuk pil, plester, atau gel.
Meskipun pada tahun 2002 terapi hormon pernah dikaitkan dengan risiko kanker payudara dan penyakit jantung, banyak penelitian terbaru menunjukkan bahwa terapi hormon aman dan efektif untuk mengurangi gejala hot flashes, kekeringan vagina, serta perubahan mood pada wanita di bawah usia 60 tahun. Dr. Stephanie Faubion juga menyarankan penggunaan obat-obatan sebagai alternatif untuk mengatasi hot flashes, seperti fezolinetant (Veozah) yang diklaim dapat membantu mengurangi gejala hot flashes yang mengganggu tidur.
Selain itu, terapi hormon juga dikatakan dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dengan mengurangi gejala depresi yang mungkin dialami oleh wanita perimenopause. Jika gangguan tidur disebabkan oleh depresi, Dr. Karen Adams merekomendasikan terapi bicara dan penggunaan obat antidepresan sebagai alternatif pengobatan. Memahami penyebab gangguan tidur pada perimenopause dan mencari solusi yang tepat dapat membantu meningkatkan kualitas tidur serta kesejahteraan secara keseluruhan bagi wanita pada fase ini.