Platform freelancer Sribu mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 38% pada kuartal kedua 2025 dibandingkan kuartal sebelumnya, menunjukkan pergeseran preferensi perusahaan terhadap model kerja berbasis proyek yang fleksibel, cepat, dan hemat biaya. CEO Sribu, Ryan Gondokusumo, menjelaskan bahwa kategori pemasaran dan periklanan, video dan audio, serta konsultasi mengalami lonjakan permintaan karena perubahan perilaku pasar yang signifikan. Sementara itu, jumlah freelancer aktif di Sribu juga meningkat, mencapai 113.668 tenaga profesional, menandakan popularitas sistem kerja fleksibel sebagai pilihan karier yang diminati.
Tren efisiensi yang didorong oleh Sribu sesuai dengan transformasi digital sektor UMKM, di mana banyak perusahaan kecil dan menengah berhasil meningkatkan omzet serta menurunkan biaya operasional setelah beralih ke kanal digital. Pelaku usaha seperti Hendy Setiono dari Kebab Baba Rafi mengakui manfaat penggunaan Sribu dalam menyelesaikan kebutuhan digital tanpa perlu merekrut tim tetap.
World Economic Forum memperkuat temuan bahwa digitalisasi dan fleksibilitas kerja akan menjadi pendorong utama transformasi pasar tenaga kerja pada 2030, terutama di Asia Tenggara. Sribu sebagai platform freelance terus memperkuat infrastrukturnya untuk mendukung sistem kerja masa depan yang kolaboratif dan efisien, menjangkau lebih dari 260.000 freelancer terdaftar dan ribuan klien aktif dari berbagai industri.
Sribu hadir sebagai mitra pertumbuhan jangka panjang dalam memungkinkan perusahaan meningkatkan produktivitas tanpa harus menambah beban struktural. Dengan layanan yang luas dan komitmen untuk mendukung pertumbuhan UMKM dan perusahaan melalui teknologi digital, Sribu berperan penting dalam mendorong produktivitas dan daya saing di era ekonomi digital.