Pada akhir Mei hingga awal Juni 2025, Gerakan Fermentasi Nusantara mengadakan Tur Fermentasi di Kota Purwokerto dan Kabupaten Banyumas. Kota Purwokerto terkenal dengan budaya fermentasinya, terutama tempe mendoan yang diproduksi di Sawangan. Tempe mendoan adalah tempe yang di fermentasi secara khusus, dibungkus daun pisang, dan digoreng dengan campuran tepung beras dan sagu. Rombongan yang mengunjungi Sawangan disambut dengan rak-rak tempe mendoan dan wajan-wajan besar yang siap menggoreng. Di Kabupaten Banyumas, Desa Wlahar menjadi pusat produksi minuman fermentasi tradisional bernama ciu. Minuman ini diproduksi dari bahan-bahan fermentasi tradisional seperti tape singkong, tape ketan, dan gula aren.
Dalam tur tersebut, Gerakan Fermentasi Nusantara dan Punggawa Budaya Nusantara mengadakan acara santap malam bersama warga Desa Wlahar. Pada kesempatan tersebut, mereka memberikan apresiasi kepada Desa Wlahar dan Deskart Sotyo Jatmiko sebagai salah satu pembina budaya di daerah tersebut. Narsim, Kepala Desa Wlahar, menekankan pentingnya budaya dalam ekonomi desa, sementara Deskart Jatmiko berbagi pengalaman dan semangat dalam memajukan budaya Banyumas. Setelah acara, masyarakat Desa Wlahar menyajikan hidangan khas berupa nasi bungkus, ayam gecok, dan tempe bersamaan dengan minuman ciu sebagai racikan dari Gorys Warung.
Gerakan Fermentasi Nusantara, sejak didirikan pada tahun 2016, telah berusaha meningkatkan citra dan cita rasa hasil fermentasi nusantara melalui sains dan teknologi. Mereka juga mendirikan Koperasi Fermentasi Nusantara pada Juli 2021 untuk mendukung visi dan misi mereka dalam memajukan industri fermentasi di Indonesia. Dengan harapan agar kegiatan pelestarian budaya ini bisa berlanjut dan berkembang menjadi produk unggulan Indonesia di masa depan.