Mengenal Sistem Pelayanan Haji Berbasis Syarikah
Ketika seseorang diundang menjadi tamu oleh orang yang lebih besar, kaya, dan berpengalaman, ia sejatinya sedang dalam wilayah pelayanan yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum menilai. Hal ini juga berlaku bagi jamaah haji di Tanah Suci. Sebagai tamu Allah, jamaah datang dalam posisi istimewa dan sensitif sebagai orang yang dilayani oleh sistem yang disiapkan Kerajaan Arab Saudi.
Sayangnya, sebagian jamaah belum sepenuhnya memahami pola pelayanan yang ada, sehingga banyak keluhan dan salah paham yang muncul. Oleh karena itu, penting bagi jamaah dan semua yang terlibat dalam penyelenggaraan haji untuk memahami sistem pelayanan haji berbasis syarikah secara menyeluruh.
Dalam Islam, ada filosofi yang kuat tentang tamu, yaitu “Adh-dhoifukal mayyit” yang berarti tamu seperti mayit. Menggambarkan sikap tawadhu dan pasrah tamu kepada tuan rumahnya, terutama ketika menjadi Tamu Allah di Makkah dan Madinah. Pemerintah Arab Saudi telah mengubah pola pelayanan haji menjadi lebih terstruktur dan profesional melalui Pelayanan Berbasis Syarikah untuk efisiensi, akuntabilitas, dan standarisasi layanan kepada jamaah dari seluruh dunia.
Sistem ini melibatkan tiga entitas penting, yaitu Syarikah, Maktab, dan Kafilah. Syarikah adalah perusahaan yang memberikan layanan utama haji, Maktab menangani jamaah dari negara tertentu secara administratif, dan Kafilah bertanggung jawab langsung menangani kebutuhan jamaah di lapangan. Dengan sistem ini, jamaah tidak perlu khawatir tentang logistik atau kebutuhan lainnya, semuanya sudah diatur oleh tuan rumah.
Meskipun keluhan sering muncul di media sosial terkait pelayanan haji, sebaiknya jangan menilai sistem hanya dari satu sisi. Petugas haji dari Indonesia berperan sebagai mitra strategis, penghubung, dan pelindung psikologis serta spiritual bagi jamaah. Ibadah haji bukan hanya ritual, melainkan perjalanan spiritual dan sosial yang menuntut kesabaran dan keikhlasan. Sistem pelayanan haji dibangun untuk melayani tamu-tamu Allah dengan tertib, bermartabat, dan manusiawi.
Dengan menjaga prasangka baik dan memahami keseluruhan sistem, kita dapat lebih memahami upaya tuan rumah untuk memuliakan tamu Allah.