Destinasi wisata modern tidak lagi hanya tentang pemandangan indah atau lokasi foto yang instagramable. Tren terbaru menunjukkan bahwa tempat-tempat yang menawarkan edukasi lingkungan dan praktik berkelanjutan semakin diminati, terutama oleh wisatawan urban yang mencari pengalaman bermakna. Acara Climate Resilience and Innovation Forum (CRIF) 2025 baru-baru ini menyoroti Tebet Eco-Park di Jakarta dan fasilitas pengelolaan sampah di Banyumas sebagai dua lokasi terkemuka.
Forum yang diselenggarakan oleh UCLG ASPAC bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan dukungan dari Uni Eropa bukan hanya menjadi wadah diskusi bagi ratusan peserta dari kota-kota Asia Pasifik dan Eropa, tetapi juga memperlihatkan contoh nyata ketahanan iklim berbasis masyarakat. Para peserta CRIF 2025 diajak untuk mengunjungi Tebet Eco-Park dan fasilitas transformasi pengelolaan sampah di Banyumas selama dua hari acara untuk mendapatkan inspirasi gaya hidup berkelanjutan dan rekomendasi destinasi wisata edukatif.
Tebet Eco-Park, sebagai taman publik yang terkenal di Jakarta, menunjukkan konsep ruang hijau inklusif di tengah kota yang berfungsi ganda sebagai tempat rekreasi, edukasi, dan mitigasi perubahan iklim. Sementara di Banyumas, peserta CRIF 2025 melihat bagaimana kabupaten ini mengubah sampah menjadi aset komunitas dengan sistem pengelolaan sampah yang efektif dan melibatkan masyarakat secara luas.
Mengunjungi Tebet Eco-Park dan Banyumas bukan hanya memberikan edukasi kepada peserta forum, tetapi juga menjadi inspirasi bahwa wisata berkelanjutan bukanlah konsep yang tidak tercapai. Kota-kota di Indonesia mampu menciptakan ruang hijau dan pengelolaan lingkungan yang tidak hanya fungsional, tetapi juga menarik bagi masyarakat. Destinasi wisata edukatif seperti ini bisa menjadi awal dari gaya hidup ramah lingkungan yang lebih luas, dengan menggabungkan edukasi dan rekreasi untuk mendorong kesadaran akan peran individu dalam menjaga lingkungan dan menghadapi perubahan iklim.
