Paus Fransiskus meninggalkan kehilangan besar bagi dunia setelah kepergiannya. Sosoknya yang santun dan bersahaja membuat banyak orang terkesan. Dia mahir dalam menjalin koneksi emosional melalui tindakannya, menciptakan momen-momen yang menyentuh dan viral di media sosial. Paus Fransiskus dikenal sebagai sosok pastor bagi jiwa-jiwa yang terluka, seperti saat dia menghibur bocah lelaki yang baru kehilangan ayahnya. Dia juga sering berkhotbah di St Peter’s Square sendirian saat pandemi, karena pemahaman bahwa kata-kata dan tindakan beliau dapat mewartakan Injil.
Paus Fransiskus senang berinteraksi dengan masyarakat, seperti yang terlihat saat dia mengadakan Audiensi Umum mingguan setiap Rabu pagi. Bahkan ketika dia berada di jendela kantornya di Istana Apostolik Vatikan pada hari Minggu untuk doa Angelus, walaupun jaraknya jauh dari Lapangan Santo Petrus di bawahnya, dia tetap menyapa dan melambaikan tangan dengan hangat kepada kelompok umat Katolik yang berkunjung.
Dalam 47 Perjalanan Apostoliknya, Paus Fransiskus sangat antusias untuk mengunjungi hampir setiap sudut bumi. Namun, ketika pandemi COVID-19 melanda, kecintaannya pada umat sangat terasa. Meskipun terbatas fisik, dia tetap memanfaatkan komunikasi modern untuk tetap terhubung dengan umatnya saat mereka harus tinggal di rumah dan menjaga jarak.
Paus Fransiskus menolak untuk merasa terbelenggu oleh situasi tersebut. Dia memanfaatkan teknologi dan komunikasi untuk tetap dekat dengan umat, meskipun terpaksa harus mengalami pembatasan fisik. Semangatnya untuk tetap memberikan dukungan dan konsolasi kepada umatnya sangat terasa, membuatnya sebagai figur yang sangat dihormati dan dicintai oleh banyak orang.
