Ketulusan dalam hubungan menjadi hal yang krusial untuk menjaga kepercayaan antarindividu. Tak jarang, orang bisa dimanfaatkan oleh orang lain yang tidak tulus, dan hal ini seringkali sulit untuk dikenali. Dalam interaksi sehari-hari, ketidaktulusan bisa terlihat dalam bentuk sapaan yang sebenarnya hanya sebagai formalitas tanpa makna yang sebenarnya. Namun, ketika ketidaktulusan muncul dalam hubungan yang lebih dalam, hal tersebut bisa menjadi rumit.
Menurut pakar psikologi dari Keck School of Medicine, University of Southern California, kemampuan manipulatif orang yang tidak tulus bisa membuat mereka terlihat sangat meyakinkan dan peduli. Mereka sering menggunakan strategi manipulatif seperti sanjungan dan simpati untuk menghindari tanggung jawab dan menutupi ketidaktulusan mereka. Untuk menghadapi hal ini, penting bagi individu untuk mengenali titik buta psikologis dalam diri sendiri.
Dalam artikel yang dipublikasikan di Psychology Today, dijelaskan bahwa kebutuhan psikologis kita untuk percaya bahwa hubungan yang kita miliki adalah nyata bisa menghambat kemampuan kita dalam mendeteksi ketidaktulusan. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran diri dan kemampuan kita dalam mengenali sinyal ketidaktulusan dari orang lain. Jadi, agar terhindar dari penipuan oleh orang yang tidak tulus, penting untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran diri kita dalam menghadapi interaksi sosial yang kompleks.
