27.6 C
Jakarta
HomeOpiniIdrus Marham: Sebuah Analisis Fakta dan Mitos

Idrus Marham: Sebuah Analisis Fakta dan Mitos

Kisah menarik yang melibatkan seorang nama besar yang tercatat sepanjang masa diabadikan dalam kitab Hilyatul Awliya, karya Ahmad bin ‘Abdillah al-Ashbahani. Dikisahkan bahwa suatu ketika, seorang yang sangat terkenal, yakni sepupu Rasulullah SAW, sayidina Ali bin Abi Thalib, mengalami kehilangan baju besi kesayangannya. Beberapa hari kemudian, ketika Ali mengunjungi pasar secara tak sengaja, ia melihat baju besinya dijajakan oleh seorang pedagang Yahudi.

Ali terkejut dan yakin bahwa baju besi yang ditawarkan itu adalah miliknya. Dengan tegas, Ali menghadap pedagang Yahudi tersebut untuk mempertanyakan hal tersebut. Pedagang Yahudi membantah dan menyatakan bahwa baju besi itu adalah miliknya. Perdebatan pun tak dapat dihindari, akhirnya Ali dan pedagang Yahudi sepakat untuk membawa kasus ini ke Mahkamah Pengadilan.

Dalam sidang tersebut, Ali menjelaskan dengan yakin bahwa baju besi yang dijual oleh pedagang Yahudi adalah miliknya yang terjatuh dari untanya. Hakim Syuraih menanyakan pandangan Yahudi tersebut yang tetap bersikeras bahwa baju besi itu adalah miliknya. Hakim meminta Ali untuk membawa dua orang saksi guna membuktikan kepemilikan baju besi tersebut. Ali memanggil dua saksi, namun salah satunya ditolak oleh hakim.

Ali berniat membawa anaknya, Hasan, sebagai saksi, namun Syuraih menolak karena anak tidak diperbolehkan menjadi saksi. Meskipun demikian, Ali tetap berusaha keras untuk membuktikan kepemilikannya atas baju besi tersebut. Akhirnya, Ali mengikhlaskan baju besi kesayangannya karena tidak memiliki cukup saksi. Keputusan yang diambil oleh Ali membuat pedagang Yahudi terkejut dan akhirnya mengakui bahwa baju besi itu memang milik Ali.

Kisah ini menggambarkan kematangan dan kebijaksanaan yang dimiliki oleh kedua individu tersebut dalam menyelesaikan konflik. Di zaman yang serba post-truth ini, di mana kebenaran sering kali terdistorsi oleh narasi yang dibangun di media sosial, kisah tersebut menjadi perumpamaan akan pentingnya integritas, kejujuran, dan kesabaran dalam menyelesaikan masalah.

Menyadari pentingnya menghindari penyebaran berita palsu, menyalurkan emosi dengan bertanggung jawab, dan menjaga martabat kebenaran menjadi pelajaran berharga dari kisah ini. Ali dan pedagang Yahudi adalah contoh nyata tentang bagaimana seharusnya berperilaku dan menyelesaikan perselisihan tanpa harus jatuh ke dalam perang informasi yang terkadang tak berdasar di era digital seperti ini.

Source link

Berita Terbaru

Berita Populer