Rasisme adalah suatu bentuk diskriminasi yang masih sering ditemui di berbagai lapisan masyarakat. Tulisan ini terinspirasi oleh sebuah komentar rasis yang diposting oleh seorang netizen Indonesia terhadap seorang tokoh politik. Daripada bersenggolan dengan komentar yang sama, penulis memilih untuk menulis artikel ini untuk memberikan pemahaman tentang akar dan dampak negatif dari rasisme. Harapannya, pemahaman ini dapat membantu individu untuk menjauhi rasisme dan segala bentuknya.
Salah satu contoh yang diangkat dalam artikel ini adalah serial “Warrior” yang diproduksi oleh Cinemax pada tahun 2019. Serial ini berdasarkan pada naskah yang ditulis oleh legenda seni bela diri, Bruce Lee. Meskipun Bruce Lee menawarkan naskah ini kepada Warner Bros sebelumnya, perusahaan tersebut memutuskan untuk merilis serial “Kung Fu” dengan aktor David Carradine sebagai pemeran utama. Keputusan ini menimbulkan dugaan whitewashing, yaitu tindakan yang mengedepankan supremasi kulit putih dalam media.
Serial “Warrior” sendiri menggambarkan konflik antar geng di San Fransisco pada akhir abad ke-19. Tokoh utamanya, Ah Sahm, seorang imigran Tiongkok yang lihai dalam seni bela diri, berada dalam persaingan antar geng seperti Hop Wei, Long Zii, dan Irish Mob. Konflik ini juga mencerminkan rasisme yang dihadapi oleh komunitas Tionghoa di Amerika Serikat pada masa itu, yang tercermin dalam keputusan politik dan ketidakadilan sosial.
Melalui analisis alur cerita serial “Warrior”, penulis menyimpulkan bahwa rasisme tidak muncul begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh kondisi sosial, politik, dan ekonomi pada masa itu. Ideologi rasisme yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan seharusnya ditolak, terutama dalam konteks Pancasila yang menganut prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan menolak rasisme, kita dapat memperjuangkan kesetaraan hak dan martabat manusia dalam kehidupan sehari-hari.
