Setiap 9 Februari, Indonesia merayakan Hari Pers Nasional (HPN), sebuah peringatan tahunan yang didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1985 yang ditandatangani oleh Presiden Soeharto. HPN adalah momen untuk menghargai peran penting pers dalam pembangunan nasional dan sebagai bentuk pengamalan Pancasila. Peringatan ini diadakan secara bergantian di ibu kota provinsi se-Indonesia, melibatkan insan pers, masyarakat, dan pemerintah daerah sebagai tuan rumah, dengan tujuan membangun sinergi untuk kemajuan bangsa.
Sejarah HPN berawal dari gagasan yang muncul dalam Kongres ke-28 PWI pada tahun 1978 dan disetujui dalam sidang ke-21 Dewan Pers di Bandung pada 19 Februari 1981. Meskipun memiliki dinamika dan tantangan dari masa ke masa, peringatan HPN tetap menjadi momentum bagi insan pers untuk terus meningkatkan diri dan menjaga kebebasan serta independensi jurnalistik.
Meskipun telah ditetapkan secara resmi, HPN tidak luput dari kontroversi. Pada 7 Desember 2007, sekelompok penulis muda mendeklarasikan Hari Pers Indonesia sebagai kritik terhadap HPN yang dianggap sebagai warisan Orde Baru. Usulan lain termasuk penyesuaian HPN dengan tanggal terbit surat kabar pada Januari 1907 atau bahkan menetapkan Hari Jurnalis Indonesia sebagai alternatif. Meskipun kontroversial, HPN tetap memiliki makna penting dalam sejarah Indonesia sebagai pilar demokrasi dan refleksi bagi insan pers dalam perjuangan kebebasan dan profesionalisme jurnalistik.
