Bali, VIVA – Subak Spirit Festival 2024 yang diprakarsai oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia telah memasuki hari kedua. Festival pertama digelar di area persawahan berundak Jatiluwih Tabanan, Bali pada 9-10 November 2024.
Baca Juga :
Kunjungi Subak Spirit Festival, Giring Ganesha Deklarasikan Penguatan Ekosistem Kebudayaan Bali
Kurator Subak Spirit Festival, Dibal Ranuh mengatakan, Festival hari kedua berbeda dengan hari pertama. Pada hari kedua yang bertepatan dengan moment akhir pekan, digelar layaknya Pesta Rakyat dan panggung gembira.
“Sekarang memang untuk masyarakat di Jatiluwih, semua wisatawan yang datang kemari,” jelas Dibal Ranuh, di DTW Jatiluwih, Minggu, 10 November 2024.
Baca Juga :
Dipilih Jadi Lokasi Indonesia Bertutur, Bali Tak Sekadar Tempat Party
Dijelaskan Dibal, gelaran Festival pada hari kedua merupakan program dari Kementerian Kebudayaan, yakni Gerakan Seniman Masuk Desa yang melibatkan anak-anak sekolah dengan karya seninya.
“Di panggung juga ada Gede Robi dari Navicula dan Joni Agung,” ucapnya.
Baca Juga :
Pengakuan Delegasi WWF ke-10 Terpukau dengan Pesona Bali
Penampilan akustik dari Gede Robi Navicula dan irama reggae oleh Joni Agung & Double T semakin menyemarakkan festival di hari kedua ini.
Sebelumnya juga ada wayang yang mengisahkan tentang mitologi yang ada di sawah seperti Dewi Sri,” imbuhnya.
Dibal menambahkan, semua kegiatan yang dibawakan oleh peserta festival berkaitan dengan subak. Sebelum pementasan, peserta diberikan edukasi tentang subak. Seperti bagaimana para peserta melihat kendala-kendala yang ada di dalam subak.
“Terus melihat sawah. Nah kenapa kita adakan festival ini betul-betul di sawah?, sawah ini adalah rumahku. Itu yang menjadi bagian supaya mereka bisa merasakan panasnya, hujanya, lumpurnya. Supaya mereka bisa merasakan petani itu di sawah seperti apa,” kata Dibal.
Subak Spirit Festival dijadikan ajang pelestarian budaya dan memberikan edukasi kepada generasi muda untuk turut menyentuh padi.
“Padi di sini adalah sakral ya, jadi bagaimana kita menghargai padi di sini, ucapnya.
Subak Spirit Festival 2024 ini juga menekankan dukungan Bali terhadap program ketahanan pangan berkelanjutan, yang menjadi inti dari sistem Subak.
Dengan menghormati praktik pertanian tradisional dan sistem irigasi ini, festival memperlihatkan pentingnya pendekatan pembangunan yang seimbang, yang mengutamakan pelestarian ekologi, kesinambungan budaya, dan ketahanan pangan.
Subak Spirit Festival itu pun mampu menyedot perhatian pengunjung lokal maupun wisatawan mancanegara.
Wisatawan asal Spanyol Maria Rossa dan Jurnalis Spanyol Manuel yang berwisata ke DTW Jatiluwih mengaku baru pertama melihat festival budaya yang digelar di persawahan.
Saat melihat Subak Spirit Festival Maria Rossa dan Manuel mengaku terkejut dan kagum dengan budaya dan sistem pengairan sawah atau subak yang ada di DTW Jatiluwih, Tabanan, Bali.
“ini adalah cara yang sangat bagus untuk mengetahui lebih banyak tentang budaya dan melihatnya secara lengkap,” kata Maria.
Ia juga mengaku sangat menikmati musik tradisional Bali hingga musik yang dibawakan oleh Gede Robi dan mengetahui lebih banyak tentang bagaimana orang-orang Bali hidup dan mengekspresikan kehidupanya.
“Aku harap tahun depan Subak Spirit Festival memiliki lebih banyak kemungkinan namun tanpa menghilangkan semangat kehidupan dan budaya lokal tetapi bertujuan untuk mendatangkan lebih banyak orang dari luar,” ucap Maria.
Sementara itu, Jurnalis asal Spanyol Manuel mengatakan, sangat terkejut tentang sistem subak yang ada di Bali. Subak Spirit Festival sangat indah.
“Sangat natural dan unik dan sangat menyenangkan untuk berhubungan atau terhubung dengan realitas ini, karena budaya nya, musik, tradisi dan apa pun sangat indah. Aku harap tahun depan aku datang lagi ke Subak Spirit Festival, dan ini pasti akan terjadi tahun depan,” kata Manuel.
Kick Off Subak Sipirit Festival yang pertama digelar di DTW Jatiluwih, Tabanan, Bali dihadiri oleh Wakil Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Giring Ganesha pada Sabtu, 9 November 2024.
Halaman Selanjutnya
“Terus melihat sawah. Nah kenapa kita adakan festival ini betul-betul di sawah?, sawah ini adalah rumahku. Itu yang menjadi bagian supaya mereka bisa merasakan panasnya, hujanya, lumpurnya. Supaya mereka bisa merasakan petani itu di sawah seperti apa,” kata Dibal.