27.2 C
Jakarta
HomeBeritaDr. Zalzulifa MPd. Rektor Universitas Pramita Indonesia, memberikan Pembekalan kepada 289 Wisudawan...

Dr. Zalzulifa MPd. Rektor Universitas Pramita Indonesia, memberikan Pembekalan kepada 289 Wisudawan dengan tema “GEN-PEDE DENGAN INOVASI BANGUN NEGERI”

Tangerang, aspirasipublik.com – Sabtu 14 September 2024, kembali Universitas Pramita Indonesia (PRAMITA) yang berlokasi dan kawasan UBUD Tangerang melepas 289 wisudawan, dengan rincian Sarjana Strata S1; Ilmu Pemerintahan (45), Ilmu Komunikasi (15), Akuntansi (13), Manajemen (106), Teknik Informatik (11)Teknik Elektro (3) dan Teknik Industri (2). Magister (S2) Manajemen (10) dan Ilmu Pemerintahan (83). saat aspirasipublik.com melakukan wawancara khusus dengan Rektor Dr. Zalzulifa, M.Pd untuk mendapatkan kesan dan pesan yang dapat diambil dari sambutan berbagai narasumber seperti Dr. H. M. Samsuri, S.Pd., M.T., IPU., selaku Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti-4) Jawa Barat dan Banten; Kyai Haji

Mashudi Suhud sebagai Ketua Dewan Penyantun Universitas Pramita Indonesia, dan Dr. Mulyadin Malik, M.Si selaku Kepala Pusat Pelatihan Aparatur Sipil Negara mewakili Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Sebagai perguruan tinggi swasta, tentunya segala pemikiran dan pesan tersebut akan dijadikan bahan diskusi internal di jajaran rektorat, dekanat, para direktur kelembagaan serta ketua program studi untuk selanjutnya dibawa dalam rapat pleno senat akademik yang terdiri atas senat guru besar (Prof. Tjahja Supriatna, M.Si; Prof. Dwi Purwoko, M.Si; Prof. Carunia Firdausy, Ph.D), senat ex- officio, dan senat perwakilan dosen yang selanjutnya akan dikemas dalam bentuk rapat kerja atau rapat koordinasi dengan jajaran Pengurus Yayasan Citra Pramita Tangerang dan Badan Pengurus Harian yang dipimpin Pembina yayasan Bapak Ikhwan N Soebadiyo, Ibu Haura Adawiyah . S E. M M, dan Ketua yayasan Ibu Mayang Ayu Faluthamia SE. M Kesos.

SEPULUH PROGRAM DESA

Secara khusus, rektor senang dan bangga karena tagline aksi, “Pramita Reborn: Smart University Village Kampus Kreatif Bangun Desa untuk Dunia”, sudah tersosialisasikan melalui forum wisuda sehingga khalayak memahami identitas universitas dalam rencana aksi besar menciptakan kampus inovatif dan berfokus pada pemberdayaan

desa sebagai bagian dari pembangunan global. Hal ini tampak dari sambutan kementrian desa yang secara tegas mengapresiasi tekad PRAMITA menjadi pusat ilmu pengetahuan, sekaligus agen perubahan yang aktif dalam pembangunan desa. Sebagai sebuah ijtihat dan ikhtiar upaya meningkatkan kualitas hidup warga desa hasil diskusi pada forum rapat-rapat rutin Reboan dan Jumatan, Universitas Pramita Indonesia berinisiatif meluncurkan istilah Generasi Percaya Diri melalui Gerakan Nasional Pemuda Penggerak Pembangunan Desa (Gen-PeDe). Sejatinya istilah inipun lahir dari kisah sukses L2Dikti 4 mendorong program KKN Tematik Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa (PTM-GRMD) yang tujuannya mendorong pemuda terlibat aktif dalam pembangunan desa didukung semangat dan sikap percaya diri dalam kepemimpinan, kemandirian dan inovasi.

Sebagai pedoman menyusun rencana aksi, Kepala Pusat Pelatihan Dr. Mulyadin Malik, M.Si memaparkan sepuluh (10) program pemerintah yang dapat disikapi oleh sivitas akademika untuk berkontribusi dalam pembangunan desa:

  1. Program Pengembangan Desa dan Kawasan, mencakup: (a) Program Pembangunan Infrastruktur Desa: Perguruan tinggi dapat terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur di desa, seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum; dan (b) Program Pemberdayaan Masyarakat Desa: Perguruan tinggi turut serta dalam pelatihan dan pemberdayaan masyarakat desa untuk meningkatkan keterampilan dan kapasitas lokal.
  1. Program Penelitian dan Inovasi, berupa: (a) Riset dan Pengembangan Desa: Perguruan tinggi turut mendukung penelitian yang terfokus pada pengembangan desa, termasuk inovasi teknologi dan model pembangunan baru; dan (b) KKolaborasi Penelitian: mendorong perguruan tinggi bekerja sama dengan Kementerian Desa PDTT dalam penelitian terkait desa dan
  2. Program Pengabdian kepada Masyarakat, mencakup: (a) Kegiatan Pengabdian Masyarakat: Perguruan tinggi melaksanakan kegiatan yang berdampak langsung untuk peningkatan kualitas hidup di desa; dan (b) Proyek Sosial dan Kewirausahaan: inisiatif kewirausahaan mahasiswa dan dosen memberikan solusi kongkrit bagi warga
  3. Program Pelatihan dan Capacity Building, meliputi: (a) Pelatihan untuk Pengelola Desa: Perguruan tinggi memfasilitasi pelatihan dan sertifikasi melalui program Rekognisi Pembelajaran Lampau atau RPL-Desa untuk para kepala desa dan aparat desa; dan (b) Program Pendidikan dan Keterampilan: Perguruan tinggi mengadakan program pendidikan dan keterampilan bagi warga
  4. Program Kemitraan dan Kerja Sama, seperti: (a) Kemitraan Perguruan Tinggi dan Desa: Mendorong perguruan tinggi untuk menjalin kemitraan dengan desa-desa dalam bentuk proyek bersama, magang, atau program pengembangan Bersama; dan (b) Program Mobilitas Mahasiswa: Mengembangkan program pertukaran mahasiswa antara perguruan tinggi dan desa, untuk meningkatkan pemahaman dan keterlibatan menyediakan solusi atas masalah-masalah desa.
  5. Program Pemberdayaan Ekonomi Desa, yaitu: (a) Program Usaha Mikro dan Kecil: Perguruan tinggi mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di desa melalui pelatihan bisnis dan bimbingan teknis; dan (b) Inovasi Produk Lokal: Perguruan tinggi terlibat dalam pengembangan dan pemasaran produk lokal dari desa, termasuk penelitian pasar dan
  6. Program Teknologi dan Informasi, meliputi: (a) Penerapan Teknologi Informasi di Desa: Perguruan tinggi mengembangkan dan menerapkan solusi teknologi informasi yang dapat meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pengelolaan desa; (b) Pelatihan Teknologi Digital: Menyediakan pelatihan dan dukungan bagi masyarakat desa untuk memanfaatkan teknologi digital dalam berbagai keperluan, seperti administrasi dan pemasaran.
  7. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), mancakup: (a) Program Beasiswa dan Dukungan Pendidikan: Perguruan tinggi menyediakan beasiswa bagi mahasiswa yang berfokus pada studi terkait pengembangan desa dan transmigrasi; dan (b) Program Magang dan Praktik Lapangan: Perguruan tinggi dan pemerintah desa menyelenggarakan magang dan praktik lapangan di desa untuk mahasiswa.
  1. Program Evaluasi dan Penjaminan Mutu, yaitu: (a) Evaluasi Program Desa: Perguruan tinggi berpartisipasi dalam evaluasi dan penjaminan mutu pembangunan desa guna memastikan efektivitas dan keberlanjutannya; dan (b) Sistem Umpan Balik: Perguruan tinggi mengembangkan sistem umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program pembangunan desa.
  2. Program Kesehatan dan Kesejahteraan, meliputi: (a) Program Kesehatan Desa: perguruan tinggi menyelenggarakan pelatihan bagi tenaga kesehatan dan promosi kesehatan masyarakat; (b) Program Kesejahteraan Sosial: Perguruan tinggi menyusun program kesejahteraan sosial melalui penelitian dan implementasi solusi masalah sosial

Dengan adanya sepuluh daftar peluang terbuka rujukan pembelajaran berbasis proyek (PBL- Project Base Learning) maupun berbasis dampak (OBE-Outcome Base Learning) dari Kementrian Desa dan ditambah lagi dengan semangat kewirausahaan santri atau santripreneur yang diulas secara detail oleh Kyai Mashud Suhud, rektor berharap agar kedepan bersama perguruan tinggi yang tergabung dalam wadah Forum Perguruam Tinggi Peduli Desa (PERTIDES) semua itu menjadi energi positif bagi civitas akademika dalam upaya mendorong PRAMITA sebagai Perguruan Tinggi Unggul dan Kelas Dunia dengan senantiasa tertib dan patuh pada sistem tertelusur pangkalan data sebagaimana arahan Kepala L2Dikti sesuai Permendikbudristek Dikti No. 53/ 2023 tentang Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi.

FENOMENA GENERASI STRAWBERRY

Sebagai dosen karir Politeknik Negeri Media Kreatif yang ditugaskan menjadi Rektor sesuai SK Mendikbudristekdikti No. 87310/S/07/2024 tanggal 26 Agustus 2024 maka belajar dari masukan dan arahan para narasumber diatas, putra minang pembina komunitas pengrajin kulit yang terkenal dengan filosofi dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung terasa beroleh tantangan sekaligus peluang yang menarik. Tantangan ini seakan menjadi area pembuktian jiwa dan karakter pramuka atau Kepanduan Hizbul Wathan yang tahun 2007 merintis sekolah kepanduan di Baduy serta sukses membidani lahirnya SMK Yayasan Grafika Banten (2003) serta Fakultas Pariwisata & Industri Kreatif di Universitas Muhammadiyah Tangerang (2017). Bahkan sebagai Ketua Ikatan Keluarga Paninjawan Solok (IKPS) Pusat, Dr. Zalzulifa, MP.d melalui platform IBUPANDU saat ini sedang aktif menggerakkan para perantau bersama bangun kampung sebagai bentuk antisipasi menghadapi tantangan besar yang dihadapi oleh generasi muda, salah satunya adalah fenomena yang disebut sebagai Generasi Strawberry. Sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Profesor Renald Kasali sebagai generasi yang rapuh dan mudah patah semangat, yang sering kali tidak siap menghadapi tantangan dan perubahan. Fenomena Generasi Z (Gen-Z) dan Generasi Y (Gen-Y) memiliki hubungan erat dengan kekhawatiran tentang Generasi Strawberry.

Lebih lanjut rektor dengan zodiak LEO identik dengan pejuang ini menjelaskan bahwa Generasi Y (Millennials) dengan rentang usia sekitar tahun 1981 hingga 1996 memiliki karakteristik yang tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi digital, internet, dan media sosial. Mereka dikenal dengan sikap yang cenderung optimis, berorientasi pada pencapaian, dan nilai-nilai egaliter. Mereka juga cenderung mencari keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Kecenderungan generasi ini sering kali memiliki keinginan untuk mendapatkan pengakuan dan pengembangan diri yang cepat, serta mengalami ketidakpuasan jika mereka merasa kurang diperhatikan atau jika mereka menghadapi hambatan yang tidak segera teratasi. Sementara Generasi Z-Rentang Usia sekitar tahun 1997 hingga 2012 memiliki karakteristik digital native yang tumbuh sepenuhnya dalam lingkungan digital dan media sosial. Mereka cenderung lebih pragmatis, realistis, dan lebih terhubung dengan isu-isu sosial dan lingkungan. Gen-Z sering dianggap lebih mandiri dan berorientasi pada hasil. Kecenderungan generasi ini memiliki potensi kreativitas dan keterampilan teknologi yang tinggi dan mengalami kecenderungan untuk merasa stres atau tertekan karena ekspektasi tinggi yang sering datang dari media sosial dan budaya digital yang serba cepat.

Kekhawatiran tentang Generasi Strawberry tercermin dari beberapa karakteristik dan tantangan yang juga terlihat pada Gen-Y dan Gen-Z, antara lain: (1) Pengakuan dan Kepuasan Instan: Baik Gen-Y maupun Gen-Z cenderung mencari pengakuan dan kepuasan instan. Mereka sering

terpengaruh oleh feedback cepat dan validasi yang datang dari media sosial, yang bisa meningkatkan tekanan untuk terus-menerus tampil sempurna dan mengesankan; (2) Ketahanan dan Kesiapan Menghadapi Kegagalan: Generasi Strawberry mungkin memiliki ketahanan yang lebih rendah dalam menghadapi kegagalan atau tantangan. Ini juga terlihat pada Gen-Y dan Gen-Z, di mana ketidakpastian dan hambatan sering kali menjadi sumber stres, terutama jika mereka terbiasa dengan kemudahan akses informasi dan hasil yang cepat; (3) Perubahan Teknologi dan Sosial: Generasi Strawberry dan Gen-Z sama-sama hidup dalam era yang penuh dengan perubahan teknologi yang cepat. Meskipun Gen-Y juga menghadapi perubahan ini, Gen-Z adalah generasi yang benar-benar dibesarkan di tengah kemajuan teknologi, sehingga mereka lebih terpapar pada tantangan terkait dengan digitalisasi dan ekspektasi yang lebih tinggi; (4) Keseimbangan Kehidupan dan Kerja: Generasi Y sering kali mencari keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional, sementara Gen-Z mungkin lebih fokus pada pencapaian hasil yang konkret dan segera. Kedua generasi ini bisa merasa tertekan jika ekspektasi mereka tidak terpenuhi dengan cepat atau jika mereka tidak mendapatkan umpan balik yang mereka inginkan.

Dengan varian karakteristik diatas maka Gen-PeDe mengajak Gen-Y untuk memanfaatkan keterampilan digital mereka dalam mendukung pembangunan desa. Selanjutnya Gen-X (Xers) dengan karakteristik terlahir antara 1965-1980 yang dikenal mandiri dan realistis maka Gen- PeDe mengadopsi nilai-nilai ketekunan dan kemandirian Gen-X, menggabungkannya dengan semangat kolektif untuk pembangunan. Demikian juga Gen-Z dengan karakteristik terlahir antara 1997-2012, mereka sangat terhubung dengan isu sosial dan lingkungan maka Gen-Z dengan kesadaran sosial yang tinggi, dapat menjadi bagian penting dari Gen-PeDe dengan membawa perspektif baru dan semangat aktivisme. Dari gambaran ini semua disimpulkan bahwa Gen-PeDe adalah sinergi dari berbagai generasi, menggabungkan kepercayaan diri, keterampilan, dan nilai-nilai positif dari Gen-Y, Gen-X, dan Gen-Z. Ini menciptakan gerakan pemuda yang berfokus pada pembangunan desa yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan semangat kolaboratif, Gen-PeDe dapat mengatasi tantangan yang ada dan mendorong perubahan nyata di tingkat desa.

ENAM FIGUR PERSPEKTIF GEN-PEDE, PRAMITA TAWARKAN SOLUSI

Di tengah maraknya fenomena generasi strawberry, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kuat secara mental dan sosial. Inilah mengapa Gerakan Nasional Pemuda Penggerak Pembangunan Desa (Gen-PeDe) menjadi sangat relevan dan penting. Gen-PeDe bukan sekadar sebuah inisiatif, tetapi sebuah gerakan yang berfokus pada pemberdayaan pemuda untuk menjadi agen perubahan yang percaya diri dan siap menghadapi berbagai tantangan”, tandas Rektor Pramita. Dengan Gen-PeDe, Pramita berkomitmen untuk membekali pemuda dengan keterampilan yang

diperlukan untuk berkontribusi secara nyata dalam pembangunan desa dan masyarakat. Ini bukan hanya tentang menciptakan lapangan pekerjaan atau meningkatkan perekonomian lokal, tetapi juga tentang membangun karakter dan kepercayaan diri yang kokoh pada generasi muda. Dalam prosesnya, Pramita akan mengajarkan para generasi muda untuk menghadapi ketidakpastian dengan keteguhan, menyelesaikan masalah dengan kreativitas, dan memimpin dengan integritas. Generasi yang percaya diri adalah generasi yang dapat mengatasi tantangan, yang tidak mudah terpuruk oleh kesulitan, dan yang siap untuk meraih peluang dengan

semangat dan keberanian. Sebagai institusi pendidikan, Pramita memiliki peran penting dalam mendukung inisiatif ini. Oleh karenanya berkomitmen untuk tidak hanya memberikan pendidikan akademik yang berkualitas, tetapi juga membentuk karakter dan mentalitas yang kuat pada setiap mahasiswa. Praamita berupaya setiap lulusan tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga memiliki kepercayaan diri dan keberanian untuk menghadapi masa depan.

Sebagaimana pada awal pidato mengutip adagium Soekarno “Beri Aku 10 Pemuda akan Kuguncang Dunia, dalam kontek Ge-Pede, rektor berharap minimal 3 pemuda setiap desa atau kelurahan mengikuti kuliah pola Gen-PeDe (kuliah di kampus, kuliah di desa model, kuliah di IKN, dan kuliah di desa asal). Dalam diskusi Pengenala konsBerharap berleh wejangan dari para narasumber maka Sejatinya Rektor ingin membacakan secara lengkap konsep Gen-PeDe. AkaIa berpesan, “Hari ini adalah titik awal dari perjalanan baru. Anda telah memperoleh pendidikan dan keterampilan, dan kini saatnya untuk melangkah ke depan dengan percaya diri. Gunakanlah bekal yang Anda miliki untuk berkontribusi pada masyarakat, untuk membangun desa, dan untuk menjadi bagian dari solusi bagi tantangan yang kita hadapi. Sosok-sosok seperti Kyai Haji Achmad Daclan, Kyai Hasyim Azhari, Jenderal Soedirman, dan George Bowden Powel dapat dijadikan contoh figur percaya diri dan berkomitmen dalam membangun desa dan komunitas mereka masing-masing dengan cara dan konteks yang berbeda”.

Pertama, Kyai Haji Achmad Daclan dalam Perspektif Gen- PeDe: Kyai Haji Achmad Daclan adalah seorang tokoh penting dalam sejarah Islam di Indonesia, terutama dalam konteks pesantren dan pendidikan Islam. Untuk memahami beliau dalam perspektif Gen-PeDe, kita bisa melihat beberapa aspek kunci dari pandangannya dan kontribusinya: (1) Pendidikan dan Kemandirian: Kyai Haji Achmad Daclan dikenal karena dedikasinya dalam pendidikan Islam. Dalam perspektif Gen- PeDe, yang cenderung menekankan pentingnya pendidikan untuk pemberdayaan dan kemajuan masyarakat, kontribusi beliau dalam mendirikan dan mengelola pesantren sangat relevan. Pendidikan yang beliau usahakan bukan hanya untuk memajukan pemahaman agama tetapi juga untuk mempersiapkan generasi muda yang mandiri dan berdaya saing; (2) Kepemimpinan dan Sosial: Gen-PeDe seringkali menganggap kepemimpinan yang inklusif dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat sebagai hal yang penting. Kyai Haji Achmad Daclan sebagai seorang pemimpin pesantren, tentu saja memainkan peran dalam membentuk karakter dan nilai-nilai sosial di komunitasnya. Kepemimpinan beliau dalam konteks sosial dan agama mencerminkan model kepemimpinan yang dapat diterima oleh generasi muda saat ini, yang menginginkan pemimpin yang bisa menjadi teladan dalam integritas dan pelayanan kepada masyarakat; (3) Adaptasi dan Inovasi: Generasi muda masa kini sangat menghargai kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan berinovasi. Kyai Haji Achmad Daclan juga dikenal karena kemampuannya dalam menyesuaikan metode pengajaran dan penerapan nilai-nilai Islam dengan kebutuhan zaman. Dalam konteks ini, beliau bisa dilihat sebagai contoh bagaimana tradisi dan inovasi bisa berjalan beriringan; (4) Keterlibatan Sosial dan Politik: Gen-PeDe memiliki pandangan yang aktif terhadap keterlibatan sosial dan politik. Meskipun Kyai Haji Achmad Daclan mungkin tidak terlibat langsung dalam politik praktis, kontribusi beliau dalam pendidikan dan pengembangan masyarakat menunjukkan bentuk keterlibatan sosial yang kuat. Pendidikan yang beliau berikan dapat dianggap sebagai upaya untuk mempersiapkan generasi muda untuk berperan aktif dalam masyarakat dan berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan social; (5) Etika dan Nilai: Dalam perspektif Gen-PeDe, etika dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi menjadi penting. Kyai Haji Achmad Daclan, melalui ajaran dan teladan hidupnya, memberikan contoh nyata tentang bagaimana nilai-nilai agama dapat diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ini memberikan wawasan tentang bagaimana integritas dan etika dalam beragama dapat diterapkan dalam konteks modern. Secara keseluruhan, Kyai Haji Achmad Daclan dapat dilihat sebagai figur yang relevan dan inspiratif bagi Generasi Percaya Diri, mengingat komitmennya terhadap pendidikan, kepemimpinan, dan nilai-nilai sosial yang berintegritas.

Kedua, Kyai Haji Hasyim Azhari dalam Perspektif Gen-PeDe: Kyai Haji Hasyim Azhari adalah salah satu tokoh kunci dalam sejarah Islam di Indonesia, terutama dikenal sebagai pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan seorang ulama besar yang berperan penting dalam pengembangan pendidikan Islam serta perjuangan kemerdekaan Indonesia. Untuk memahami Kyai Haji Hasyim Azhari dalam perspektif Gen-PeDe berikut adalah beberapa poin penting: (1) Pendidikan dan Kemandirian: Kyai  Haji  Hasyim  Azhari  dikenal  karena  perhatiannya  yang  mendalam terhadap pendidikan Islam dan pendirian pesantren. Dalam konteks Gen-PeDe, yang menghargai pendidikan sebagai kunci pemberdayaan, beliau merupakan teladan dalam hal pengembangan lembaga pendidikan yang menyebarluaskan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai moral dan etika. Pesantren yang beliau dirikan, seperti Pesantren Tebuireng, menjadi model pendidikan yang menekankan pada kemandirian, disiplin, dan keterampilan hidup yang relevan dengan kebutuhan zaman; (2) Kepemimpinan dan Inklusivitas: Sebagai pendiri NU, Kyai Haji Hasyim Azhari menunjukkan kepemimpinan yang inklusif dan adaptif. NU di bawah kepemimpinan beliau tidak hanya berfokus pada aspek keagamaan tetapi juga aktif dalam berbagai isu sosial dan politik. Gen-PeDe yang menghargai kepemimpinan yang terbuka dan inklusif bisa melihat Kyai Haji Hasyim Azhari sebagai contoh kepemimpinan yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat dalam proses pembangunan dan perbaikan social; (3) Perjuangan Kemerdekaan dan Nasionalisme: Kyai Haji Hasyim Azhari adalah seorang tokoh yang sangat berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau terlibat dalam peristiwa- peristiwa penting, seperti Resolusi Jihad yang menyerukan perlawanan terhadap penjajahan. Generasi muda saat ini, yang memiliki semangat nasionalisme dan kepedulian terhadap kemajuan negara, bisa menilai perjuangan beliau sebagai contoh komitmen terhadap kemerdekaan dan keadilan social; (4) Adaptasi dan Inovasi: Dalam konteks Gen-PeDe yang menghargai adaptasi dan inovasi, Kyai Haji Hasyim Azhari juga dikenal karena kemampuannya mengintegrasikan ajaran Islam dengan kebutuhan masyarakat modern. Beliau memfasilitasi pembaruan dalam praktik pendidikan dan sosial yang tetap menghormati tradisi, tetapi juga relevan dengan perubahan zaman; (5) Etika dan Nilai: Kyai Haji Hasyim Azhari mengajarkan pentingnya etika dan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari, yang sangat dihargai oleh Gen-PeDe. Nilai-nilai seperti keadilan, tanggung jawab, dan integritas yang dijunjung oleh beliau memberikan contoh nyata tentang bagaimana prinsip-prinsip etika dapat diintegrasikan dalam berbagai aspek kehidupan dan kepemimpinan; (6) Keterlibatan Sosial dan Politik: Kyai Haji Hasyim Azhari menunjukkan keterlibatan aktif dalam urusan sosial dan politik, terutama dalam konteks perjuangan untuk kemerdekaan dan pembangunan masyarakat. Ini sejalan dengan pandangan Gen-PeDe yang menghargai peran aktif dalam perubahan sosial dan politik untuk mencapai keadilan dan kemajuan. Secara keseluruhan, Kyai Haji Hasyim Azhari dapat dipandang sebagai figur inspiratif bagi Generasi Percaya Diri. Kepemimpinan beliau, dedikasi terhadap pendidikan, serta komitmen terhadap perjuangan kemerdekaan dan nilai-nilai moral mencerminkan prinsip-prinsip yang dihargai oleh generasi muda saat ini.

Ketiga, Jenderal Soedirman dalam Perspektif Gen-PeDe: Jenderal Soedirman adalah salah satu tokoh militer dan nasionalis terkemuka dalam sejarah Indonesia, dikenal sebagai Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) dan seorang pemimpin yang sangat berpengaruh dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Untuk memahami Jenderal Soedirman dalam perspektif Gen- PeDe, berikut adalah beberapa aspek yang relevan: (1) Kepemimpinan dan Integritas: Jenderal Soedirman dikenal karena kepemimpinannya yang kuat, integritas, dan ketulusan dalam perjuangan kemerdekaan. Dalam konteks Gen-PeDe, yang menghargai pemimpin dengan komitmen tinggi dan integritas, Soedirman bisa dipandang sebagai teladan utama. Kepemimpinan beliau yang mengedepankan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi sangat relevan bagi generasi muda yang menginginkan pemimpin yang bisa diandalkan dan berintegritas; (2) Perjuangan dan Nasionalisme: Jenderal Soedirman memainkan peran kunci dalam perjuangan melawan penjajahan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, terutama selama agresi militer Belanda. Semangat nasionalisme dan keberanian beliau dalam menghadapi tantangan besar adalah contoh yang menginspirasi bagi Gen-PeDe, yang memiliki semangat kuat untuk memajukan negara dan berkontribusi dalam membangun identitas nasional; (3) Kepedulian Sosial dan Kesejahteraan: Soedirman bukan hanya seorang pemimpin militer, tetapi juga menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan rakyat. Ini termasuk kebijakan-kebijakan yang mendukung keberlangsungan hidup dan kesejahteraan rakyat di tengah-tengah konflik. Generasi muda saat ini, yang seringkali menilai kepemimpinan berdasarkan dampaknya terhadap kesejahteraan sosial, dapat melihat Soedirman sebagai contoh kepemimpinan yang menempatkan kepentingan rakyat sebagai prioritas; (4) Dedikasi dan Pengorbanan: Jenderal Soedirman dikenal karena dedikasinya yang luar biasa terhadap perjuangan kemerdekaan meskipun dalam kondisi kesehatan yang buruk. Pengorbanan pribadi dan ketabahan beliau adalah nilai-nilai yang sangat dihargai oleh Gen-PeDe, yang seringkali melihat dedikasi dan kerja keras sebagai kualitas penting dalam mencapai tujuan; (5) Adaptasi dan Strategi: Dalam situasi perang yang sulit, Soedirman menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi yang berubah dan merumuskan strategi yang efektif. Kemampuan adaptasi dan berpikir strategis yang ditunjukkan Soedirman bisa menjadi inspirasi bagi Gen-PeDe yang seringkali dihadapkan pada kebutuhan untuk berinovasi dan beradaptasi dalam lingkungan yang cepat berubah; (6) Nilai dan Etika: Soedirman memegang teguh nilai-nilai moral dan etika dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil. Dalam perspektif Gen-PeDe, yang menghargai nilai-nilai etika dalam kepemimpinan dan kehidupan sehari-hari, Soedirman adalah contoh nyata bagaimana prinsip-prinsip etika dapat diterapkan secara konsisten dalam situasi yang penuh tekanan; (7) Keterlibatan dalam Pembangunan Negara: Setelah kemerdekaan, Soedirman juga berkontribusi pada pembentukan struktur negara dan stabilitas nasional. Generasi muda yang peduli dengan pembangunan negara dan reformasi dapat melihat peran Soedirman sebagai bagian dari upaya membangun dan mempertahankan negara Indonesia yang baru merdeka. Secara keseluruhan, Jenderal Soedirman bisa dipandang sebagai figur yang sangat inspiratif bagi Generasi Percaya Diri. Kepemimpinan yang penuh integritas, dedikasi terhadap perjuangan kemerdekaan, serta perhatian terhadap kesejahteraan rakyat merupakan nilai-nilai yang masih relevan dan dapat menjadi panutan bagi generasi muda dalam berkontribusi terhadap kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Keempat, George Bowden Powel sebagai Bapak Pandu Dunia dalam Perspektif Gen-PeDe: George Bowden Powel, dalam konteks yang Anda sebutkan sebagai “Bapak Pandu Dunia,” tampaknya mengacu pada perannya dalam memandu dan memberikan arahan dalam konteks sejarah atau studi tertentu. Untuk memahami Powel dalam perspektif Gen-PeDe, berikut adalah beberapa cara pandang yang relevan: (1) Panduan untuk Memahami Sejarah dan Konteks Global: George Bowden Powel dikenal karena karya-karyanya dalam sejarah dan kajian Asia Tenggara. Dalam perspektif Gen-PeDe, yang sangat menghargai pemahaman sejarah global sebagai dasar untuk tindakan dan kebijakan yang bijaksana, Powel berperan penting sebagai “panduan” dalam memberikan wawasan tentang konteks historis yang membentuk kondisi saat ini. Pemahaman yang mendalam tentang sejarah dan hubungan antar negara sangat penting bagi generasi muda untuk membuat keputusan yang lebih informasional dan berbasis data; (2) Kepemimpinan Intelektual dan Inspirasi: Sebagai seorang akademisi dan penulis sejarah, Powel dapat dipandang sebagai pemimpin intelektual yang mengarahkan pemikiran dan studi dalam bidang sejarah. Generasi Pemuda Demokrasi sering mencari inspirasi dari tokoh-tokoh intelektual yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam bidang studi mereka. Powel, melalui karya-karyanya, bisa dianggap sebagai panutan dalam hal dedikasi terhadap penelitian dan keilmuan; (3) Mendorong Diskusi dan Analisis Mendalam: Dalam era di mana diskusi dan analisis mendalam sangat dihargai, Powel memberikan dasar bagi studi yang lebih luas tentang sejarah Asia Tenggara dan dampaknya terhadap dunia. Gen-PeDe, yang sering terlibat dalam diskusi kritis dan menganalisis berbagai isu dari berbagai sudut pandang, dapat melihat Powel sebagai model dalam hal mempromosikan pemikiran analitis dan reflektif; (4) Kontribusi terhadap Pengetahuan Global: Powel, sebagai seorang akademisi yang berkontribusi pada pemahaman global tentang sejarah, memainkan peran dalam membangun jembatan antara berbagai budaya dan konteks historis. Gen-PeDe, yang seringkali memiliki pandangan global dan berusaha memahami berbagai perspektif, dapat menghargai kontribusi Powel dalam memperluas pengetahuan dan membangun pemahaman yang lebih baik antara berbagai masyarakat; (5) Relevansi dalam Diskursus Kontemporer: Karya-karya Powel bisa dianggap sebagai referensi penting dalam diskursus kontemporer tentang globalisasi, hubungan internasional, dan sejarah. Bagi Gen-PeDe yang aktif dalam konteks politik dan sosial global, memahami kontribusi historis yang ditawarkan oleh Powel dapat membantu dalam mengkontekstualisasikan isu-isu masa kini dan merumuskan solusi yang lebih baik; (6) Model Dedikasi dan Komitmen: Powel dapat dilihat sebagai contoh dedikasi terhadap penelitian dan komitmen terhadap pemahaman sejarah. Bagi Gen-PeDe, yang menghargai kerja keras dan dedikasi dalam mencapai tujuan, Powel berfungsi sebagai model bagaimana ketekunan dalam bidang akademik dapat menghasilkan dampak yang signifikan pada pemahaman global dan kebijakan public. Secara keseluruhan, George Bowden Powel, sebagai seorang akademisi yang berkontribusi besar dalam bidang sejarah dan kajian Asia Tenggara, bisa dilihat dalam perspektif Gen-PeDe sebagai figur yang memberikan panduan dan inspirasi dalam memahami konteks historis global. Kontribusinya dalam memajukan pemahaman sejarah menawarkan wawasan berharga yang mendukung generasi muda dalam membuat keputusan yang lebih berinformasi dan berkontribusi pada diskursus global yang lebih luas.

Kelima, Kolonel Sander dalam Perpektif Gen-PeDe: Selain empat tokoh diatas, Rektor Pramita mengambil pelajaran dari Kolonel Sander dan Elon Musk sebagai ikon model Generasi Percaya Diri melalui Gerakan Nasional Pemuda Penggerak Pembangunan Desa (Gen-PeDe). Pelajaran yang bisa dipetik dari keteguhan dalam membuat usaha kuliner KFC mendunia dapat dikaitkan dengan semangat menciptakan Generasi Percaya Diri melalui beberapa poin berikut: (1) Keteguhan dan Konsistensi Kolonel Sanders menghadapi banyak kegagalan, sebelum akhirnya sukses dengan KFC. Semangatnya yang tak tergoyahkan dalam menghadapi tantangan dan terus-menerus memperbaiki produknya adalah contoh nyata keteguhan. Generasi muda diharapkan untuk belajar dari keteguhan ini dan tidak mudah menyerah dalam usaha mereka untuk membangun desa dan berkontribusi pada masyarakat; (2) Inovasi dan kreativitas Sanders, berhasil menciptakan resep ayam goreng yang unik dan berkualitas tinggi. Dalam konteks Gen-PeDe, ini menekankan pentingnya kreativitas dan inovasi dalam pengembangan desa. Generasi muda diharapkan untuk mencari solusi kreatif dan inovatif dalam menghadapi tantangan pembangunan desa; (3) Pengembangan Diri dan Kepercayaan Diri: Keberhasilan Sanders juga didorong oleh kepercayaan dirinya terhadap produk dan visinya. Gerakan Gen-PeDe bertujuan untuk membangun kepercayaan diri pada generasi muda sehingga mereka dapat mengatasi tantangan dan memimpin proyek pembangunan desa dengan keyakinan; (4) Perencanaan dan Strategi: Sanders memiliki rencana yang jelas dan strategi untuk memperkenalkan produknya ke pasar. Generasi muda dalam Gen- PeDe perlu merencanakan dan menyusun strategi yang baik untuk mencapai tujuan pembangunan desa mereka, agar usaha mereka dapat memberikan hasil yang maksimal; (5) Pengaruh dan Jaringan: Sanders memanfaatkan jaringan dan hubungan untuk memperluas jangkauan KFC. Gen-PeDe dapat memanfaatkan jaringan sosial dan profesional untuk mendukung inisiatif mereka dan memperluas dampak pembangunan desa. Dengan mengadopsi pelajaran-pelajaran ini, generasi muda dapat lebih siap dan bersemangat dalam menjalankan peran mereka sebagai penggerak pembangunan desa dan berkontribusi pada kemajuan yang lebih luas.

Keenam,   Elon   Musk   dalam   Perspektif   Gen-PeDe: Pelajaran yang bisa dipetik dari keteguhan Elon Musk dalam mengembangkan usaha teknologi seperti Tesla dan SpaceX dengan target jaringan internet bebiaya murah star-link di setiap pelosok Amerika dapat dikaitkan dengan semangat menciptakan Generasi Percaya Diri melalui Gerakan Nasional Pemuda Penggerak Pembangunan Desa (Gen-PeDe) dengan beberapa poin berikut: (1) Visi yang Jelas dan Ambisius: Elon Musk memiliki visi besar dan ambisius, seperti mengubah industri otomotif dengan mobil listrik dan menjadikan manusia sebagai spesies multiplanet. Generasi muda dalam Gen-PeDe sebaiknya memiliki visi yang jelas dan ambisius untuk pembangunan desa mereka, agar mereka dapat menetapkan tujuan yang besar dan berusaha mencapainya; (2) Ketahanan dan Keteguhan: Musk menghadapi banyak tantangan dan kegagalan sebelum mencapai kesuksesan. Pelajaran yang bisa diambil adalah pentingnya ketahanan dan keteguhan dalam menghadapi kegagalan. Generasi muda perlu belajar untuk tetap berkomitmen meski menghadapi rintangan dalam upaya pembangunan desa; (3) Inovasi dan Kreativitas: Elon Musk dikenal karena pendekatannya yang inovatif dan kreatif dalam teknologi. Gen-PeDe harus mendorong inovasi dan kreativitas dalam solusi pembangunan desa, untuk menghadapi masalah dengan cara-cara baru dan efektif; (4) Pengelolaan Risiko dan Keberanian: Musk sering mengambil risiko besar dengan investasi dan keputusan strategis. Generasi muda dalam Gen-PeDe harus berani mengambil risiko yang terukur dan berani menghadapi ketidakpastian untuk mencapai kemajuan dalam proyek pembangunan desa mereka; (5) Komitmen pada Kualitas dan Keunggulan: Musk berfokus pada menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan unggul. Gerakan Gen-PeDe harus menekankan pentingnya kualitas dalam setiap aspek pembangunan desa, dari perencanaan hingga pelaksanaan, untuk memastikan hasil yang optimal dan berdampak positif; (6) Kepemimpinan yang Menginspirasi: Kepemimpinan Musk yang visioner dan inspiratif mendorong timnya untuk bekerja keras dan berfokus pada tujuan bersama. Generasi muda diharapkan dapat menjadi pemimpin yang menginspirasi dalam komunitas mereka, memotivasi orang lain untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa dengan semangat dan dedikasi. Dengan menerapkan pelajaran-pelajaran ini, generasi muda dapat lebih siap untuk menjalankan peran mereka dalam menggerakkan pembangunan desa dan berkontribusi secara signifikan terhadap kemajuan masyarakat.

Keenam sosok meskipun berasal dari latar belakang dan konteks yang berbeda, menunjukkan kepercayaan diri dan komitmen mereka dalam membangun komunitas dan negara mereka. Mereka tidak hanya percaya pada visi mereka tetapi juga bertindak dengan tekad dan keberanian untuk mewujudkan perubahan positif di desa dan dunia mereka. Keberanian mereka untuk mengambil tindakan dan memperjuangkan apa yang mereka yakini merupakan contoh penting dari kepemimpinan dan dedikasi dalam pembangunan sosial dan kemasyarakatan.

SWOT RENCANA AKSI GEN-PEDE.

Untuk menjadi Gen-PeDe, pemuda Indonesia perlu mempertimbangkan berbagai faktor kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi potensi mereka. Berikut adalah beberapa faktor yang bisa menjadi kekuatan dan kelemahan:

Faktor Kekuatan: Kreativitas dan inovasi, banyak pemuda Indonesia yang kreatif dan inovatif, memiliki ide-ide segar dan solusi unik untuk masalah yang ada. Kemampuan untuk berpikir di luar kotak adalah aset penting dalam menciptakan terobosan seperti yang dilakukan Sanders dan Musk. Semangat Kewirausahaan yang tinggi dapat mendorong pemuda untuk memulai usaha baru dan mengembangkan ide mereka. Dukungan terhadap kewirausahaan dari berbagai lembaga dan pemerintah juga membantu. Teknologi dan akses informasi semakin mudah ke teknologi dan informasi memberikan peluang bagi pemuda untuk belajar, berinovasi, dan mengakses pasar global. Jaringan dan kolaborasi, kemampuan untuk membangun jaringan dan berkolaborasi dengan orang lain dapat memperluas peluang dan sumber daya. Komunitas yang mendukung dan platform jaringan dapat mempercepat pertumbuhan dan pengembangan ide. Ketahanan dan kegigihan dalam menghadapi tantangan dapat menjadi kekuatan besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, mirip dengan keteguhan yang ditunjukkan oleh Sanders dan Musk.

Faktor Kelemahan: Keterbatasan Sumber Daya, dalam akses ke modal, teknologi canggih, dan sumber daya lainnya dapat menjadi hambatan. Kurangnya dukungan finansial atau akses ke investor dapat menghambat pengembangan ide. Kurangnya pengalaman dalam industri tertentu atau pengetahuan teknis dapat membatasi kemampuan untuk menciptakan dan mengelola usaha yang sukses. Pendidikan dan pelatihan yang memadai diperlukan untuk mengatasi hal ini. Infrastruktur yang belum memadai dan regulasi yang kompleks bisa menjadi hambatan bagi pemuda yang ingin mengembangkan usaha atau teknologi. Hambatan birokrasi dan regulasi dapat memperlambat proses inovasi dan pengembangan. Ketidakstabilan ekonomi atau politik dapat mempengaruhi iklim usaha dan investasi. Ketidakpastian ini bisa menjadi risiko besar bagi pemuda yang ingin memulai atau mengembangkan usaha mereka. Kurangnya dukungan dari mentor atau jaringan yang berpengalaman dapat mengurangi peluang untuk belajar dan berkembang. Bimbingan dari orang-orang yang berpengalaman sangat penting untuk navigasi dalam dunia bisnis dan teknologi. Dengan memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan ini, pemuda Indonesia dapat meningkatkan peluang mereka untuk menjadi figur sukses seperti Kolonel Sanders dan Elon Musk.

MODEL KOLABORASI PRAMITA-OPPO

Selain aktif menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, sebagai informasi rektor juga menjelaskan bahwa dalam rangka mendukung program KUKEJAR (Kuliah Kerja Wirausaha) salah satu role model kerjasama sinergis antara Universitas Pramita Indonesia dan Oppo Manufacturing Company saat ini dalam pembahasan, diantaranya mengembangkan program magang dan pelatihan yang melibatkan mahasiswa dalam proyek- proyek teknologi Oppo. Ini bisa mencakup pengembangan aplikasi atau solusi berbasis teknologi yang mendukung program Gen-PeDe. Dengan cara ini, mahasiswa mendapatkan pengalaman praktis sementara Oppo mendapat ide-ide segar dan inovatif dari generasi muda, serta dapat berkontribusi pada pembangunan desa secara langsung. Berikut adalah bentuk kerjasama sinergi yang saling menguntungkan antara Universitas Pramita Indonesia, Oppo Manufacturing Company, dan program Gen-PeDe dalam bentuk rancang bangun aplikasi platform inkubator:

  1. Pengembangan Platform Inkubator Digital: Universitas Pramita Indonesia dan Oppo dapat bekerja sama untuk merancang dan mengembangkan aplikasi platform inkubator digital yang menghubungkan layanan Oppo dengan desa-desa di seluruh Indonesia. Platform ini bisa mencakup fitur seperti pelatihan teknis, dukungan inovasi, dan program kewirausahaan berbasis
  2. Kolaborasi Riset dan Pengembangan: Universitas dapat melibatkan mahasiswa dalam proyek penelitian dan pengembangan aplikasi, dengan bimbingan dari Oppo. Hal ini dapat mencakup pembuatan modul pelatihan untuk penduduk desa tentang penggunaan teknologi Oppo serta integrasi produk Oppo dalam solusi berbasis
  3. Pelatihan dan Sertifikasi: Oppo bisa menyelenggarakan pelatihan dan sertifikasi untuk mahasiswa dan anggota masyarakat desa dalam menggunakan teknologi dan produk Universitas bisa menyediakan infrastruktur dan fasilitas untuk pelatihan ini, serta mengintegrasikannya dalam kurikulum.
  4. Proyek Lapangan dan Pengujian: Platform inkubator dapat diuji coba di beberapa desa pilot sebelum diluncurkan secara luas. Universitas dapat mengatur proyek lapangan untuk mahasiswa melakukan uji coba, mengumpulkan feedback, dan melakukan Oppo bisa menyediakan dukungan teknis dan sumber daya untuk pengujian.
  5. Program Kewirausahaan dan Inovasi Desa: Platform ini bisa mencakup fitur untuk mendukung kewirausahaan di desa, seperti penyediaan akses ke teknologi Oppo, pembiayaan mikro, dan konsultasi. Mahasiswa dapat berperan dalam mendampingi dan memberi pelatihan kepada pengusaha
  6. Pemantauan dan Evaluasi: Kerjasama ini juga bisa mencakup pemantauan dan evaluasi untuk mengukur dampak dan efektivitas aplikasi di lapangan, serta menyesuaikan fitur berdasarkan umpan balik dari pengguna

Dengan kerjasama ini, Universitas Pramita Indonesia akan memberikan kontribusi nyata pada pengembangan teknologi dan kewirausahaan di desa-desa, Oppo akan mendapatkan akses ke pasar baru dan inovasi dari generasi muda, dan Gen-PeDe akan mendapatkan dukungan untuk meningkatkan kualitas hidup di desa-desa melalui teknologi dan pelatihan.

PEMANFAATAN PLATFORM INKUBATOR

Kerjasama antara platform inkubator seperti www.ibupandu.com dan Oppo Indonesia Manufacturing bisa dilakukan dalam beberapa bentuk yang saling menguntungkan, mengingat perbedaan fokus antara inkubator dan perusahaan teknologi seperti Oppo. Berikut adalah beberapa jenis dan bentuk kerjasama yang mungkin:

A. Program Inkubasi dan Akselerasi: 1. Inkubator untuk Startup Teknologi: Ibupandu.com dapat menyediakan program inkubasi untuk startup yang mengembangkan teknologi atau produk yang relevan dengan Oppo bisa berkontribusi dengan memberikan mentoring, akses ke teknologi, dan peluang uji coba produk. 2. Akselerator untuk Inovasi: Oppo bisa mengadakan program akselerasi untuk startup yang sedang berkembang dengan fokus pada teknologi inovatif. Ini bisa mencakup funding, pengembangan produk, dan dukungan

B. Kolaborasi Riset dan Pengembangan: 1. Pengembangan Teknologi Baru: Kerjasama dalam riset dan pengembangan untuk menciptakan teknologi baru atau memperbaiki produk yang Oppo bisa memberikan dukungan teknis dan infrastruktur, sementara Ibupandu.com bisa menghubungkan dengan startup yang memiliki ide-ide inovatif. 2. Pilot Projects: Menguji solusi atau produk baru dalam skala kecil sebelum peluncuran Ini memberi kesempatan kepada startup untuk menguji produk mereka dengan dukungan Oppo.

C. Pendidikan dan Pelatihan: 1. Workshop dan Seminar: Mengadakan workshop dan seminar tentang teknologi terbaru, inovasi, dan pengembangan produk. Oppo bisa menyediakan pembicara ahli dan pengalaman industri, sedangkan Ibupandu.com bisa mengatur acara dan mengundang, 2. Pelatihan Keterampilan: Program pelatihan untuk startup dan entrepreneur dalam bidang teknologi, manajemen bisnis, dan

D. Sponsorship dan Dukungan Finansial: 1. Pendanaan untuk Startup: Oppo bisa menyediakan dana atau hadiah untuk startup yang berpartisipasi dalam program inkubasi atau kompetisi yang diadakan oleh com. 2. Sponsorship Event: Oppo bisa mensponsori acara yang diadakan oleh Ibupandu.com, seperti kompetisi inovasi atau konferensi

E. Pengembangan Ekosistem: 1. Jaringan dan Kolaborasi: Membantu membangun jaringan antara startup, investor, dan profesional industri. Oppo dapat memanfaatkan jaringan ini untuk menemukan peluang kerjasama dan 2. Platform Digital: Mengintegrasikan teknologi Oppo dengan platform Ibupandu.com untuk meningkatkan fungsionalitas dan

Kerjasama ini bisa menguntungkan kedua belah pihak dengan memanfaatkan kekuatan masing-masing—Ibupandu.com dalam inkubasi dan dukungan startup, serta Oppo dalam teknologi dan pengalaman industri.

POTENSI RPL-DESA

Dengan memiliki platform IBUPANDU dan menyadari potensi 17 subsektor ekonomi kreatif di 72.298 desa se- Indonesia, berikut adalah langkah-langkah aksi untuk mewujudkan tagline “Desa Buku Terbuka Alam Terkembang Menjadi Guru sekaligus Mitra Teaching Factory” dalam konteks “Kampus Kreatif Bangun Desa untuk Dunia Ciptakan Generasi Percaya Diri” melalui Gerakan Nasional

Pemuda Penggerak Pembangunan Desa (Gen-PeDe), yaitu: (1) Identifikasi dan penilaian desa, Pilih desa yang akan menjadi fokus program. Lakukan penilaian awal terhadap kebutuhan, potensi, dan kondisi desa tersebut dalam hal pendidikan dan pengembangan keterampilan; (2) Buat kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan desa dan integrasikan materi dari sumber daya lokal serta pengetahuan alam. Materi ini harus relevan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan warga desa; (3) Adakan pelatihan bagi penduduk desa dan pemuda setempat. Fokus pada peningkatan keterampilan praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari dan pengembangan usaha lokal. Libatkan pengajar dan mentor dari kampus dan industry;

Bangun fasilitas seperti perpustakaan desa, ruang belajar, atau workshop yang mendukung pembelajaran dan praktik keterampilan. Fasilitas ini juga bisa menjadi tempat bagi mitra teaching factory untuk berkolaborasi; (5) Bentuk kerjasama dengan institusi pendidikan dan industri untuk menyediakan fasilitas, pelatihan, dan bimbingan langsung. Teaching factory dapat memberikan pengalaman praktis yang bermanfaat bagi pemuda desa; (6) Implementasikan program mentoring untuk mendampingi peserta pelatihan dalam menerapkan keterampilan baru mereka. Evaluasi secara berkala untuk memastikan program berjalan efektif dan memberikan umpan balik untuk perbaikan; (7) Sebarluaskan informasi mengenai keberhasilan dan manfaat dari program ini kepada masyarakat luas. Gunakan media sosial, kegiatan komunitas, dan acara desa untuk menarik perhatian dan dukungan; (8) Bangun mekanisme untuk memastikan keberlanjutan program setelah fase awal Ini bisa termasuk pembentukan kelompok kerja desa yang bertanggung jawab untuk melanjutkan dan mengembangkan program lebih lanjut.

Melalui Aksi Desa Branding dan Potensi Ekonomi Kreatif Desa berikut Indikator Kinerja Program Gen-PeDe dalam tinjauan Budaya Mutu PRAMITANS (Plan, React, Actual, Massive, Innovation, Taskbase, Archieve, Network, Service) mencakup: (1) Plan (Perencanaan): Kesesuaian antara rencana program dengan tujuan jangka panjang universitas dan kebutuhan pembangunan desa; (2) React (Reaksi): Respons cepat terhadap perubahan lingkungan atau kebutuhan masyarakat dalam mendorong pembangunan desa; (3) Actual (Aktualisasi): Capaian aktual dalam implementasi program, seperti pembangunan infrastruktur, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan kualitas Pendidikan; (4) Massive (Massif): Skala dan dampak dari kegiatan program terhadap perkembangan desa dan kampus; Innovation (Inovasi): Keterlibatan mahasiswa dalam dalam penemuan dan ide baru yang mendukung pembangunan desa; (6) Taskbase (Berbasis Tugas): Penugasan dan pencapaian tugas yang spesifik dan terukur dalam mendukung tujuan Gen-PeDe; (7) Archive (Arsip): Pengelolaan informasi dan dokumentasi untuk pembelajaran dan evaluasi program secara berkelanjutan; (8) Network (Jaringan): Pengembangan kemitraan dan kerjasama dengan pihak terkait, seperti pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta; (9) Service (Pelayanan): Peningkatan layanan dan manfaat yang diberikan kepada masyarakat desa melalui program Gen-PeDe. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan desa dapat berkembang menjadi pusat pembelajaran dan inovasi, serta menghasilkan generasi yang percaya diri dan siap untuk berkontribusi pada pembangunan desa dan masyarakat secara lebih Diakhir pemaparannya Rektor Pramita mengajak untuk menjadikan Gen-PeDe sebagai gerakan yang tidak hanya membangun desa, tetapi juga membangun generasi yang kuat, percaya diri, dan siap menghadapi masa depan. (Zlz/Edi) (JSRWatimena @ Hendra Kusumawati ).

Source link

Berita Terbaru

Berita Populer