Selasa, 17 September 2024 – 05:00 WIB
Jakarta, VIVA – Tak sedikit yang berpikir makan di restoran Jepang aman-aman saja bagi Muslim, karena tidak mengandung babi. Tapi jangan salah, rupanya bumbu dapur yang kerap digunakan di hampir semua masakan Jepang, ada yang tidak halal alias haram.
Baca Juga :
Mirin dan Shoyu dalam Sushi Hingga Ramen Tidak Halal, Gimana Cara Bedakan Rasanya?
Bumbu tersebut adalah mirin dan shoyu. Mirin sendiri kerap ditambahkan pada sushi dan memiliki citarasa manis. Sayangnya, bumbu berbentuk cair berwarna kuning ini, memiliki kandungan alkohol sangat tinggi, yaitu 10-14 persen, yang membuatnya menjadi haram. Scroll untuk info lengkapnya, yuk!
Sedangkan shoyu, umumnya ditambahkan pada kuah ramen atau udon, yang juga tidak halal. Menurut Halal Lifestyle Enthusiast, Anca Syah, dua bumbu tersebut kerap digunakan di semua restoran Jepang, terutama yang belum mengantongi sertifikasi halal.
Baca Juga :
Suka Makan Sushi Hingga Ramen? Awas, Mirin dan Shoyu yang Ada di Dalamnya Ternyata Tidak Halal
“Mirin itu seperti bumbu, kalo di Indonesia seperti mecin dia dipakai di hampir semua makanannya mereka (masakan Jepang). Jadi kalau makanan Jepang pakai mirin akan membuat makanan tersebut menjadi haram,” ujar Anca ditemui di Jakarta, baru-baru ini.
“Sama juga dengan shoyu. Shoyu bisa haram karena dia ada alkoholnya. Dan kadang-kadang ada beberapa brand yang mencampurkan shoyu dengan mirin,” imbuhnya.
Baca Juga :
Ini Rangkaian yang Harus Dilalui untuk Mendapatkan Sertifikasi Halal
Sayangnya, masih banyak restoran Jepang di Indonesia yang belum bersertifikasi halal. Lalu, bagaimana cara memastikan restoran tersebut tidak memakai mirin atau shoyu dalam sushi, ramen atau udonnya?
“Tanya dan tanyanya jangan ke pelayan tapi izin tanya ke manager atau chefnya. Karena kalau pelayan biasanya gak tau, tapi kalau chef akan open. Mereka paham banget mana bahan-bahan yang halal atau haram,” jelas Anca.
Khusus untuk negara-negara yang belum memakai aplikasi untuk mengecek makanan tersebut halal atau haram, Anca menyarankan untuk memerhatikan bahan yang digunakan.
“Kalau restoran, kita cari informasi mana restoran yang muslim friendly. Kemudian kalau cari makanan kemasan, cek ingredient-nya,” ungkapnya.
“Paling aman cari yang vegan, tapi pastikan tidak menggunakan alkohol di dalam makanannya tersebut. Tapi rata-rata sekarang sudah banyak negara yang menyediakan aplikasi yang muslim friendly, kaya Eropa, Jepang, Korea saya belum nemu,” imbuh Anca Syah.
Halaman Selanjutnya
“Tanya dan tanyanya jangan ke pelayan tapi izin tanya ke manager atau chefnya. Karena kalau pelayan biasanya gak tau, tapi kalau chef akan open. Mereka paham banget mana bahan-bahan yang halal atau haram,” jelas Anca.