Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menegaskan bahwa Pancasila telah diakui dan diagumi oleh banyak negara di dunia. Hal ini dikemukakan dengan merujuk pada upaya Presiden RI pertama, Soekarno, dalam memperkenalkan Pancasila kepada dunia internasional. Salah satunya adalah saat Soekarno menyampaikan pidatonya di hadapan Kongres Amerika Serikat dan Universitas Heidelberg, Jerman Barat.
Pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 30 September 1960, Soekarno memperkenalkan Pancasila sebagai ideologi internasional yang memiliki nilai-nilai universal. Ia menjelaskan bahwa sila-sila Pancasila mengandung nilai-nilai universal seperti ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan, nasionalisme, demokrasi, dan keadilan sosial. Usulan Soekarno untuk inklusi Pancasila dalam Piagam PBB pun mendapat sambutan positif dari para pemimpin dunia.
Pada tahun 1961, pidato Soekarno di PBB diresmikan sebagai MoW (Memory of the World) bersama dengan arsip Gerakan Non-Blok Pertama di Belgrade, Yugoslavia. Selanjutnya, pada Sidang Pleno Eksekutif UNESCO pada tahun 2023, pidato Soekarno di PBB juga diakui sebagai Memory of the World oleh UNESCO. Hal ini menunjukkan pengakuan dunia terhadap Pancasila sebagai nilai universal.
Pancasila bagi bangsa Indonesia bukan hanya sekadar ideologi negara, tetapi juga merupakan landasan perjuangan dan jati diri bangsa. Nilai-nilai Pancasila harus diimplementasikan dalam tindakan nyata untuk mencapai persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan demikian, Pancasila tidak hanya menjadi hafalan belaka, tetapi juga menjadi panduan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Pancasila adalah jalan hidup bangsa Indonesia yang mempersatukan dalam keberagaman, serta menjadi sumber dari identitas bangsa. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sangat penting untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan dalam bangsa.
