Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyatakan bahwa Pancasila merupakan warisan ideologis yang harus dipertahankan. Menurut Dewan Pengarah BPIP, Andreas Anangguru Yewangoe, perjalanan rasa kebangsaan tidaklah selalu mulus dan telah terjadi gangguan ideologis dari berbagai pihak.
Andreas menekankan bahwa Indonesia saat ini juga dihadapkan pada tantangan dari luar. Ideologi nasionalisme yang digunakan oleh bangsa barat awalnya dimanfaatkan untuk imperialisme, namun Presiden Soekarno kemudian mewujudkannya dalam bentuk Pancasila untuk menyatukan bangsa Indonesia.
Contohnya, negara Yugoslavia bubar karena tidak memiliki warisan ideologis yang kuat seperti Indonesia. Pemimpin di negara itu hanya fokus pada persenjataan dan tidak memikirkan warisan ideologis yang dapat diwariskan.
Pendidikan tentang Pancasila menjadi hal yang penting agar generasi muda memahami keberagaman di Indonesia. Setiap daerah memiliki budaya yang berbeda-beda, dan pemahaman tentang budaya lain dapat membantu seseorang untuk berinteraksi dengan masyarakat dengan konteks yang berbeda.
Menurut Pemerhati Keberagaman Agama dari Universitas Washington, Chris Seiple, literasi tentang keragaman budaya dapat menciptakan hubungan dan kepercayaan di tengah masyarakat yang heterogen. Guru merupakan pembangun jembatan yang dapat membekali generasi muda dengan pemahaman tentang keragaman budaya.
Dengan adanya saling menghormati dan ketahanan terhadap ekstrimisme, masyarakat Indonesia dapat mencapai keberagaman yang harmonis. Literasi keragaman lintas budaya dapat menjadi kunci untuk menciptakan hubungan yang baik dan keberagaman yang kuat di Indonesia.
