Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI melaksanakan program sekolah damai sebagai upaya pencegahan paham radikal di beberapa daerah di Indonesia. Program tersebut bertujuan untuk menjadikan guru dan siswa sebagai duta perdamaian.
Kepala BNPT RI, Komisaris Jenderal Polisi Mohammed Rycko Amelza Dahniel, menggagas program sekolah damai sebagai salah satu program prioritas pada tahun 2024. Program ini telah dilaksanakan di beberapa daerah seperti Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kota Serang, Banten, dan Pondok Pesantren Darussalam, Blokagung, Banyuwangi, Jawa Timur.
Dalam program sekolah damai, dilakukan pelatihan guru untuk meningkatkan ketahanan satuan pendidikan dalam menolak paham intoleransi, kekerasan, dan perundungan. Sebagai duta damai, guru diharapkan dapat menyebarkan paham perdamaian di sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Irfan Idris, Direktur Pencegahan BNPT RI dan Guru Besar UIN Alauddin Makassar, menegaskan bahwa terorisme tidak berkaitan dengan agama. Contoh teroris di berbagai negara yang mengatasnamakan agama berbeda-beda menunjukkan bahwa tidak ada agama yang mempromosikan terorisme.
BNPT juga akan menyiapkan indikator sekolah damai untuk memantau tindakan intoleransi, perundungan, dan kekerasan di sekolah. Kementerian terkait seperti Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama juga akan diminta untuk mendukung program ini secara berjenjang dari tingkat dasar hingga pendidikan tinggi.
Tujuan program sekolah damai adalah untuk meminimalisasi aksi intoleransi yang bisa menjadi pemicu terorisme. Program ini harus terus diperluas dan diviralkan agar dapat mengurangi potensi aksi radikalisme di sekolah.