Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PLP) Tanjung Uban, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menyampaikan bahwa 14 nelayan asal daerah tersebut ditahan oleh Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) sejak Kamis (25/4).
Kepala Operasi PLP Tanjung Uban, Alfaizul, mengatakan bahwa ke-14 nelayan tersebut diamankan oleh APMM saat menggunakan kapal ikan di perairan Batu Puteh, di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia. Saat ini, para nelayan masih ditahan dan sedang diperiksa oleh APMM di Tanjung Sedeli, Johor Bahru, Malaysia.
Dari 14 nelayan yang ditahan, 13 di antaranya berasal dari Kabupaten Lingga, sementara satu orang lagi berasal dari Kabupaten Bintan yang bertindak sebagai tekong kapal ikan. Alfaizul belum mengetahui pasti alasan di balik penahanan para nelayan oleh APMM.
Beberapa kemungkinan alasan penahanan tersebut termasuk penangkapan ikan secara ilegal di perairan Malaysia, indikasi tindak pidana penyelundupan orang karena adanya tiga perempuan di dalam kapal ikan tersebut, atau karena kapal mengalami kerusakan mesin dan terdampar di perairan Malaysia.
PLP Tanjung Uban telah berkoordinasi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Johor Bahru terkait penahanan tersebut. Hasil koordinasi sementara menunjukkan bahwa para nelayan dalam kondisi sehat dan diperlakukan dengan baik oleh pihak berwenang di Malaysia.
Rencananya, KBRI akan bertemu dengan APMM pada Senin (29/4) untuk membahas masalah ini. PLP Tanjung Uban siap untuk mengerahkan armada jika diminta untuk menjemput pulang para nelayan tersebut. Sebelumnya, PLP Tanjung Uban juga pernah menjemput pemulangan nelayan Bintan yang terdampar di perairan Malaysia karena masalah mesin kapal.
Nama-nama nelayan yang ditahan oleh APMM antara lain Baharuddin (61), Umar (51), Amiruddin (32), Inon (59), Wawan Murianto (32), Kamaliah (48), Ali Rahim (64), Safar (51), Noraini (52), Ongek (71), Mohamad (40), Andi (30), dan Ruslan (47).
