Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat menyatakan bahwa Indonesia perlu mengambil langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi dampak konflik global yang dapat berdampak pada perekonomian nasional. Saat ini, kondisi ekonomi Indonesia tidak ideal dan memerlukan kebijakan yang tepat dalam menghadapi eskalasi konflik global. Diplomasi politik dan ekonomi juga perlu dilakukan untuk meredakan konflik yang terjadi.
Menurut Lestari Moerdijat, konflik antara Israel dan Iran dapat berdampak pada sektor energi nasional dan menyebabkan risiko terhadap pasar komoditas global. Ketegangan geopolitik dan respons kebijakan dari setiap negara akan terus mempengaruhi sentimen investor dan fluktuasi pasar, meskipun dampak langsung terhadap pasar komoditas relatif kecil.
Dia berharap semua pihak dapat mengambil langkah yang tepat untuk mengantisipasi dampak dari gejolak dan tantangan global demi menciptakan masyarakat yang adil dan makmur di masa depan.
Dari sisi lain, Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, Abdul Kadir Jailani, menyebut bahwa ketegangan antara Iran dan Israel sangat berbahaya dan berpotensi menimbulkan perang di Timur Tengah. Konflik ini berpotensi mempengaruhi ekonomi nasional, termasuk adanya disrupsi dalam perdagangan global akibat gangguan di Laut Merah.
Abdul Kadir Jailani menambahkan bahwa dalam konflik Iran-Israel, aksi blokade Selat Hormuz sebagai jalur perdagangan minyak dunia juga merupakan kemungkinan. Hal ini berpotensi meningkatkan harga minyak dunia apabila terjadi perang di kawasan tersebut.
Artikel ini ditulis oleh Bagus Ahmad Rizaldi dan diedit oleh Guido Merung. Hak cipta © ANTARA 2024.