Menurut Scrivner, menonton film horor dapat menghasilkan perubahan fisiologis dalam tubuh yang mirip dengan latihan aerobik. Beberapa bagian otak kita menganggap ancaman dalam film itu nyata dan merespons dengan meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan. Hal ini membuat otot kita menjadi tegang dan mempersiapkan tubuh untuk melawan atau melarikan diri.
Penelitian ini juga disepakati oleh Harold Hong, seorang psikiater bersertifikat dan direktur medis New Waters Recovery di North Carolina. Menurut Hong, respons stres akut yang dihasilkan dari menonton film horor dapat memberikan sensasi yang membuat seseorang merasa lebih hidup dan terlibat dengan lingkungan sekitar. Rasa takut yang timbul dapat memicu pelepasan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol.
Selain itu, menonton film horor juga dapat merangsang pelepasan hormon endorfin dan dopamin dalam otak. Endorfin berfungsi untuk mengurangi rasa sakit dan stres, sedangkan dopamin merupakan neurotransmitter yang berperan dalam mengatur suasana hati dan memberikan perasaan baik. Jadi, meskipun menonton film horor dapat menimbulkan ketegangan dan rasa takut, namun juga memberikan dampak positif pada tubuh dalam hal merasa lebih hidup dan merasa baik secara emosional.