Puasa Ramadan dapat menjadi tantangan besar bagi pasien yang menderita gastroesophageal reflux disease (GERD) atau penyakit asam lambung. Menurut dokter spesialis penyakit dalam RS EMC Cibitung, Steffie Simpinano Solin, GERD seringkali menjadi permasalahan selama bulan Ramadhan. Beberapa pasien mungkin khawatir bahwa puasa akan memperburuk gejala mereka, namun dengan manajemen yang tepat, puasa dapat tetap dijalani dengan nyaman tanpa menyebabkan kambuhnya GERD.
Untuk menghindari kambuhnya GERD selama puasa, Steffie membagikan beberapa strategi yang bisa diterapkan. Salah satunya adalah dengan memilih makanan yang tepat selama sahur dan berbuka. Pilihlah makanan yang mudah dicerna, seperti karbohidrat kompleks (nasi, roti gandum, oatmeal) dan hindari makanan pemicu GERD seperti makanan pedas, asam, lemak tinggi, dan gorengan. Selain itu, perbanyaklah serat dari sayur dan buah untuk menjaga pencernaan tetap lancar.
Selain memilih makanan yang tepat, penting juga untuk mengatur pola makan secara seimbang. Hindari makan berlebihan saat berbuka, mulailah dengan air putih dan makanan ringan seperti kurma sebelum melanjutkan dengan makanan utama. Disarankan juga untuk makan dalam porsi kecil namun sering, kunyah makanan dengan baik, dan hindari langsung berbaring setelah makan minimal 2-3 jam sebelum tidur.
Tak makan seharian karena puasa mungkin bisa dijalani tanpa masalah bagi sebagian orang, namun bagi orang dengan maag dan GERD, perlu perhatian khusus. Berbagai tips tersebut dapat membantu pengidap maag dan GERD untuk tetap menjalani puasa dengan tenang tanpa menyebabkan kekambuhan penyakit mereka.